Bagaikan Jatuh Ketimpa Tangga, Sudah Mengantre Lama, Sopir Kontainer Dipalak Preman
Selasa, 29 Maret 2022 20:34
IST
POLITIKAL.ID, SAMARINDA - Bahan Bakar Minyak (BBM) kian sulit didapat para sopir jenis kontainer. Sebagai seorang buruh, hal itu cukup dikeluhkan para sopir di Samarinda yang sedang antre di SPBU ditambah lagi aksi premanisme yang memungut secara ilegal. Salah satu sopir kontainer sebut saja Ocid menjelaskan pungutan liar itu membuat dirinya dan teman-teman seprofesinya harus mengantre berjam-jam hingga berhari-hari, bahkan sudah antre namun tidak kebagian Solar. Praktek pungutan liar tersebut, dikatakannya terjadi di dua lokasi di kecamatan Sungai Kunjang, diantaranya SPBU Jalan KH Mas Mansyur dan Jalan Untung Suropati. Kedua SPBU ini memang melayani pengisian Solar bersubsidi untuk truk besar. Ia menceritakan, para sopir truk dan kontainer sudah mulai antre di SPBU sejak tutup hingga buka kembali. Namun demikian, tetap saja ada mobil-mobil yang diperioritaskan menerabas antrean karena sudah membayar. Praktik itu sering disebut 'nyuntik' atau 'nembak'. "Untuk antre secara normal sopir juga dipungut biaya Rp 5 ribu. Uang itu diberikan kepada supir tangki BBM Solar, alasannya supaya mempercepat kedatangan, kalau pun terlambat uang itu untuk rokok dan minum supir tangki," kata Ocid saat di konfirmasi awak media belum lama ini. "Sedangkan untuk praktek 'nyuntik' atau 'nembak', supir dipungut biaya mulai dari Rp20 Ribu hingga Rp50 Ribu," sambungnya. Ocid mengaku dirinya salah satu sopir yang pernah memarkirkan truk kontainner di depan kawasan Big Mall lantaran panjangnya antrean. Namun, ia baru bisa mendapat Solar setelah 4 hari. Ocid menyebut praktek 'nyuntik' yang memprioritaskan mobil atau truk yang bayar ke pemungut jadi biangnya. "Tadi saja, saya dapat solar setelah mengantre selama 2 hari. Kalau membayar lebih ke pemungut, maka akan lebih diprioritaskan," bebernya. Terkait pungli di SPBU Sungai Kunjang, hal serupa juga dialami teman seprofesi Ocid. Ia mengaku tidak pernah membayar untuk mempercepat antrean, akan tetapi ia tetap memberi jaminan. "Maah ya pak, kalau saya ngantri di Sungai Kunjang (Jalan Untung Suropati) paling ngasih 2ribu, paling banyak 5ribu," katan Iqro, bukan nama sebenarnya. Pungli antrean, Ocid kembali menjelaskan, tidak terpisah dengan maraknya pengetap BBM Solar yang turut mengantre. Ia menyebut pengetap kerap membayar agar terbebas dari antrean. Sesuai ketentuan yang berlaku, untuk pengisian BBM Solar bersubsidi akan difasilitasi Fuel Card atau kartu minyak. Menurut Ocid, beberapa yang diduga pengetap memiliki kartu minyak lebih dari satu. "Saya dan teman-teman, berharap semua pelaku pungli dan pengetap ditertibkan, supaya oknum yang mengatur tidak lagi memungut biaya, dan juga pungetap tidak ada lagi yang berulang kali mengisi Solar," harapnya. (*)
Berita terkait