Jumat, 29 Maret 2024

Lakukan Aksi di Depan Kantor Perumdam Tirta Kencana, Mahasiswa Minta Penjelasan Soal Proyek Sumur Bor

Kamis, 6 Mei 2021 0:52

FOTO : Mahasiswa yang tergabung dalam Permahi Samarinda saat menggelar aksi di depan kantor Perumdam Tirta Kencana siang tadi

POLITIKAL.ID, SAMARINDA - Meski dianugerahi aliran Sungai Mahakam yang begitu besar, namun nyatanya tak semua kebutuhan air bersih masyarakat di Kota Tepian mampu terpenuhi dengan baik. Kendati pemerintah melalui Perumdam Tirta Kencana telah menyiapkan kebutuhan alternatif dengan pengadaan proyek sumur bor, akan tetapi hal itu dirasa masih kurang maksimal. Hal tersebut pasalnya diungkapkan Delon seorang mahasiswa yang tergabung dalam Permahi Samarinda saat menyuarakan aksi, Kamis (6/5/2021) siang tadi di depan kantor Perumdam Tirta Kencana. Kata Delon melalui pengeras suara, ada empat tuntutan yang dibawanya kepada jajaran direksi Perumdam Tirta Kencana, yakni meminta sang pucuk pimpinan memberikan penjelasan terkait sumur bor yang tidak berfungsi sejak selesainya pengerjaan proyek tersebut. "Yang kedua kami mendesak Perumdam Tirta Kencana untuk segera mengaktifkan atau memfungsikan sumur bor yang bermasalah diberbagai tempat," seru Delon yang juga sebagai korlap aksi. Tuntutan ketiga adalah meminta Perumdam Tirta Kencana mengutamakan air bersih dan mengedepankan pelayanan yang optimal dari mendahulukan langkah taktis dalam melaksanakan program kerja. Terakhir, yakni meminta Perumdam Tirta Kencana melakukan riset ulang terhadap pembangunan sumur bor dengan sistematis transparan. "Tentu ini bagian dari keresahan masyarakat. Kami menerima beberapa keluhan dan turun kelapangan, yang artinya kami tidak serta-merta menjustice PDAM (Perumdam Tirta Kencana) begitu saja," tegas Delon. Informasi dihimpun media ini, proyek pembangunan sumur bor milik Perumdam Tirta Kencana ditarget sebanyak 22 titik dengan nilai anggaran Rp200 juta per lokasi. Hanya saja, pengerjaan yang diketahui dilaksanakan pada 2019 itu hanya terpasang pada enam titik saja. Yakni di kawasan Bantuas, Palaran, Bengkuring, Lempake, Pampang dan Pulau Atas. Dalam proses pengerjaan, proyek sumur bor disinyalir gagal. Diduga tidak bisa berfungsi. Meskipun enam titik sumur bor sudah selasai namun tidak bisa dioperasikan. "Jika PDAM memerlukan data-data itu, maka kami akan menyodorkannya terkait hal tersebut," katanya. "Kami yang jelas meminta kejelasannya dan juga meminta data-data terkait anggaran. Karena sumur bor ini antisipasi kemarau, apakah anggaran pengerjaan ini bisa sesuai atau tidak," tambahnya. Lanjut Delon, aksi ini terkait permasalahan kompleks kebutuhan dasar masyarakat. Sebab masih banyak yang sulit mendapatkan air bahkan ketika kondisi cuaca Samarinda sedang tidak dilanda musim kemarau. "Kami tentu meminta data-data pengerjaan ini, kami ingin melihat sejauh mana urgensinya padahal masih banyak masyarakat yang terus kesulitan. Ini harus ditindaklanjuti dan ada ketegasan serta transparan oleh PDAM," jelasnya. Sementara itu, Direktur Teknik Ali Rachman menjelaskan jika Perumdam Tirta Kencana sampai saat ini masih menggunakan air permukaan yang tak lain adalah aliran Sungai Mahakam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan untuk sumur bor yang disebut air dalam diadakan sebagai fungsi back-up jika Kota Tepian dilanda kemarau berkepanjangan. Sebab pada 2019 pernah terjadi kondisi kemarau cukup panjang sehingga inisiatif proyek sumur bor mengemuka dan digalangkan. "Tapi kapasitas back-upnya kecil. Kapasitasnya cuman satu sampai dua liter perdetik. Karena kita pakai sumur bor yang besar, ini hanya antisipasi, minimal warga sekitar bisa tetap mendapatkan air bersih," jelas Ali. Lokasi sumur bor ini dikatakan Ali hanya ada empat titik, yang berada di Bentuas, Palaran Pulau Atas dan Desa Pampang dengan kapasitas mesin yang nyaris sama satu dengan lainnya. Disinggung mengenai penggunaan sumur bor yang memakan anggaran Rp200 juta per titiknya dari dana swadaya Perumdam Trita Kencana ini, Ali menegaskan jika proyek tersebut sempat berjalan ketika kemarau 2019. "Jadi pengerjaannya di 2019, dan di tahun itu juga sempat difungsikan beberapa saat yang ada di Palaran, Pulau Atas dan Pampang," terangnya. "Fungsionalnya sejauh ini engga ada masalah. Itukan dibuat hanya untuk jaga-jaga saja. Kalau sudah tidak kemarau ya tidak difungsikan," tambahnya. Lebih jauh disinggung terkait mangkraknya sumur bor, Ali tak menampik perihal itu. Sebab kondisi cuaca yang tidak dalam kemarau panjang menjadi jawabannya. "Kalau mau dipakai bisa saja. Paling diservis aja mesinnya," pungkasnya. (*)
Tag berita:
Berita terkait