POLITIKAL.ID, SAMARINDA - Kesetaraan menjadi agenda perjuangan terlebih kaum perempuan hingga saat ini.
Kemajuan kesadaran untuk memperoleh kesetaraan dalam masyarakat era moderen saat ini tak terlepas dari kegigihan perempuan sebagai warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam berbangsa dan bernegara.
Hari Kartini yang jatuh pada tanggak 21 April setiap tahunnya selalu diperingati sebagai lahirnya gagasan emansipasi. Pun begitu, sosok Kartini di Indonesia telah mengilhami perempuan tanah air untuk mengejar mimpi yang lebih tinggi tak sebatas kerja domestik yakni mengurus suami, anak dan dapur.
Dikonfirmasi melalui sambungan telepon aplikasi whatsapp, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian menyampaikan pandangannya tentang kiprah perempuan indonesia saat ini sudah sesuai dengan cita-cita para pejuang yang telah dilanjutkan perempuan disemua bidang.
"Perjuangan Kartini dan yang lain tak akan pernah padam, terbukti kan dengan kiprah perempuan juga bisa memberikan kemajuan untuk bangsa, negara dan lingkungan masyarakat sekitar," ujar Hetifah sapaannya, Senin malam (20/4/2020).
Menurutnya juga banyak Ibu Rumah Tangga (IRT) berhasil dan hebat mendidik anak-anaknya.
Bahkan di ajang internasional, perempuan indonesia diakui kiprahnya dengan prestasi gemilang.
Hal itu tidak bisa dilepaskan dengan kesempatan saat ini yang telah terbuka luas. Terpenting, perempuan Indonesia bisa mewujudkan mimpi-mimpi dan sudah semestinya sarana dan prasaranya wajib difasilitasi.
"Dengan talenta yang dimiliki dan cita-cita yang ingin diperjuangkan, perempuan mesti diberikan kesempatan," imbuhnya.
Lebih lanjut kata anggota DPR RI dari fraksi partai Golongan Karya (Golkar) itu, kendati sebagian kecil perempuan telah berhasil dan mengharumkan nama bangsa, sebagian besar lain menurutnya masih diadang masalah spesifik perempuan dan harus tetap diperjuangkan.
Masalah yang dihadapi perempuan itu adalah kekerasan, perbedaan upah yang berbeda dengan laki-laki padahal jenis kerjanya dan waktu bekerjanya sama.
Lalu masalah lainnya adalah angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi.
"Masalah itu segera harus diselesaikan, artinya keterwakilan perempuan di politik menjadi penting dalam membuat kebijakan, nantinya kebijakan yang dibuat lebih sensitif kepada kentingan perempuan, dalam aspek kesehatan, pendidikan dan ekonomi supaya ada kesetaraan. Itu juga kan yang diperjuangkan kartini," ulas wakil rakyat daerah pilihan (dapil) Kaltim itu menerangkan.
Pembuktian Eksistensi Menghancurkan Stigma Negatif
Ditanya soal masih ada stigma negatif yang memandang remeh kapasitas perempuan di ranah publik, dirinya tak menampik hal tersebut.
Budaya masyarakat yang menganggap perempuan hanya pantas bekerja domestik atau rumah tangga memang diakuinya masih kuat, padahal menurutnya hal itu bisa dilakukan ketika perempuan dan laki-laki berbagi peran serta berbagi tugas bersama.
Kendati budaya itu sesuatu yang bisa diubah, namun tidaklah mudah lantaran kultur awalnya telah bersifat menetap sejak lama.
Jadi cara yang tepat menurut alumnus lulusan ITB Bandung itu yaitu bagi perempuan yang telah berhasil, harus membukakan pintu menolong atau membantu sekitar sesuai kemampuannya agar perempuan lainya bisa lebih banyak lagi menjadi rule model atau percontohan.
"Dengan semakin banyak yang berhasil, maka keragu-raguan terhadap kiprah perempuan bisa hilang," terangnya.