IMG-LOGO
Home Advertorial Dorong Pemerataan Fasilitas Pendidikan, DPRD Samarinda Tegaskan Harus Sama di Pusat Kota dan Pinggiran
advertorial | DPRD Samarinda

Dorong Pemerataan Fasilitas Pendidikan, DPRD Samarinda Tegaskan Harus Sama di Pusat Kota dan Pinggiran

oleh Hasa - 04 Maret 2025 11:51 WITA
IMG
Anggota Komisi IV DPRD Samarinda, Ismail Latisi

POLITIKAL.ID - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Samarinda mendorong pemerataan fasilitas pendidikan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Anggota Komisi IV DPRD Samarinda, Ismail Latisi mengatakan sekolah di Palaran masih menghadapi keterbatasan fasilitas dibandingkan sekolah-sekolah di pusat kota.

Ia menegaskan kualitas pendidikan antara sekolah di tengah kota dan di pinggiran harus sama, tidak boleh ada yang dianakemaskan dan yang dianaktirikan.

Politisi PKS ini mengakui bahwa keterbatasan anggaran sering kali menjadi alasan klasik dalam pembangunan sarana pendidikan.

Namun demikian ia menilai berbagai pendekatan bisa dilakukan untuk meningkatkan fasilitas sekolah, tidak hanya mengandalkan anggaran dari Pemkot Samarinda, tetapi juga melalui Bantuan Keuangan (Bankeu) dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) maupun anggaran dari pemerintah pusat.

“Sehingga sekolah-sekolah yang sarprasnya (sarana dan prasarana) belum baik bisa mendapatkan peningkatan,” kata Ismail Latisi.  

Lebih lanjut, Ismail mengapresiasi langkah Pemkot Samarinda yang saat ini mulai memperhatikan sekolah-sekolah di wilayah pinggiran.

Ia mencontohkan pembangunan SMP 50 di  Palaran yang saat ini sedang dalam proses pengerjaan.  

Bahkan Pemkot Samarinda juga tengah membangun sekolah terpadu SMP 16 di Kecamatan Sungai Kunjang Kelurahan Loa Bakung. 

Terkait pembangunan sekolah terpadu di SMP 16 tersebut Ismail menegaskan bahwa hal itu bukan berarti menganakemaskan sekolah tertentu. Menurutnya, setiap daerah memang dituntut perlu memiliki sekolah unggulan yang dapat dijadikan percontohan bagi sekolah lainnya.  

“Yang kami sampaikan terkait pemerataan mutu pendidikan ini harus dilakukan secara bertahap. Jika belum bisa merata, paling tidak kita memiliki satu sekolah percontohan. Bisa jadi di tahun-tahun berikutnya sekolah lain diperbaiki. Tapi yang pasti, daerah harus punya minimal satu sekolah unggulan,” pungkasnya.   (ADV/*)

Tags:

Berita terkait