POLITIKAL.ID - Partai Solidaritas Indonesia atau PSI diprediksi bisa mencapai ambang batas parlemen 4 persen dalam Pemilu 2024.
Prediksi ini diungkap Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu setelah melihat hasil quick count alias penghitungan cepat partai politik Pemilu 2024.
Dari data yang masuk di Litbang Kompas sebesar 60 persen, PSI mendapat suara 2,69 persen.
Kendati belum mencapai 4 persen, Yohan Wahyu meyakini perlahan suara PSI akan merangkak dan menyentuh ambang batas parlemen.
"PSI punya potensi bisa saja lolos ambang batas parlemen nantinya. Dalam masa kampanye Oemilu 2024, selama ini slogan PSI mengasosiakan diri sebagai partainya Jokowi," kata Yohan Wahyu dalam tayangan Live di Kompas TV, Kamis (15/2/2024) dini hari.
Potensi PSI masuk parlemen, kata Yohan Wahyu sangat kuat, terlebih faktor efek Jokowi telah teruji jitu.
"Kebetulan Ketua Umumnya putra bungsu Jokowi, Kaesang. Di setiap kampanye ada foto Pak Jokowi, di beberapa momentum Pak Jokowi hadir, terutama sebelum masa tenang hadir saat nge teh dengan Ketua Umum PSI," ujarnya.
"Efek Jokowi ini begitu terasa di PSI, karena getol mengasosiasikan sebagai partainya Jokowi. Tidak bisa kita nafikan bahwa faktor Jokowi begitu dominan mempengaruhi efek elektoral PSI," tambah Yohan Wahyu.
Sebelum Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum PSI, survei partai berlambang mawar itu rata-rata hampir 1 persen, bahkan di bawah satu persen.
Tetapi sejak PSI mengasosiasikan sebagai Partai Jokowi, partai bernomor 15 itu langsung melesat.
"Ini terbukti di hasil hitung cepat kita, kalau dibandingkan dengan partai non parlemen yang sudah ada dan partai-partai pendatang baru, PSI relatif lebih tinggi," ucapnya.
Sementara itu, Pakar Psikologi Politik UI, Hamdi Muluk sepakat dengan prediksi tersebut.
Menurutnya, dalam budaya politik Indonesia, partai sangat terbantu dengan keberadaan sosok atau tokoh panutan.
Di PSI, Jokowi-lah yang menjadi patron mendongkrak perolehan suara.
"Realita kepartaian kita begitu, ada istilahnya itu dalam ilmu politik, presidensialisasi partai politik. Dalam konteks Indonesia, karena partai banyak, itu sangat diendorse oleh tokoh. Culture kita patron klien, melihat betul sosok panutan," kata Hamdi Muluk.
Teori ini, kata Hamdi Muluk, sudah terbukti sejak lama, terutama ketika Demokrat yang muncul sebagai partai baru di Indonesia, mampu keluar sebagai kuda hitam Pemilu dan Pilpres karena ada sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Nah tingkat kepuasan kepada Jokowi di atas 70 persen tentu berimbas kepada partai yang membranding seolah-olah partai Jokowi. Kalaupun gak partainya Jokowi, partai yang direstui Pak Jokowi," ujarnya.
Kendati berpotensi ke Senayan, Hamdi Muluk mengatakan perolehan suara PSI masih harus menunggu hasil resmi yang akan diumumkan KPU.
"Berpotensi ke Senayan, tetapi sangat tergantung nanti berapa kursi legislatif yang dimenangkan tiap dapil. Quick count belum detail berapa sesungguhnya perolehan kursi," katanya.
(REDAKSI)