POLITIKAL.ID - Eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membagikan momen Tahun Baru 2023 bersama keluarganya.
Salah satunya dengan menonton film dokumenter politik perjalanan Presiden Brasil Lula da Silva bersama putranya, Mikail Azizi.
Momen itu dibagikan Anies melalui akun Instagram-nya, Senin (2/1/2023).
Dalam unggahan itu terlihat Anies berkaus santai bersama Mikail di sofa.
"Menghabiskan awal tahun bersama Mikail dengan menonton The Edge of Democracy (2019) di Netflix.
Dokumenter yang dibuat oleh Petra Costa, sineas perempuan milenial dari Brazil, bercerita tentang erosi demokrasi dan perjalanan politik Lula da Silva sebagai Presiden," tulis Anies dalam keterangan fotonya.
Anies menyampaikan dokumen itu bercerita soal upaya penyingkiran terhadap Presiden ke-39 Brasil Lula da Silva.
Menurutnya, kejatuhan Lula bersamaan dengan fenomena erosi demokrasi di negeri samba itu.
"Dokumenter ini lalu bercerita tentang upaya penyingkiran terhadapnya melalui pengadilan yang kontroversial atas tuduhan korupsi walau pada 2021 Mahkamah Agung membatalkan hukumannya," kata Anies.
Kejatuhan Lula dan erosi demokrasi di Brazil membuka jalan bagi Jair Bolsonaro," ujarnya.
Lebih lanjut dia membicarakan buku 'How Democracies Die' keluaran tahun 2018.
Dia menyebutkan ada tiga tahap untuk melemahkan demokrasi.
"Menonton dokumenter ini mengingatkan pada buku How Democracies Die, bahwa ada tiga tahap untuk melemahkan demokrasi secara perlahan dan tak disadari," katanya.
"Pertama, 'kuasai wasitnya'.
Ganti para pemegang kekuasaan di lembaga negara netral dengan pendukung status quo.
Kedua, 'singkirkan pemain lawan'.
Singkirkan lawan politik dengan cara kriminalisasi, suap, atau skandal.
Ketiga, 'ganti aturan mainnya'.
Ubah peraturan negara untuk melegalkan penambahan dan pelanggengan kekuasaan," kata Anies.
Menurut Anies, pelemahan demokrasi sebagaimana yang dijabarkan dalam buku itu dapat menyebabkan publik menjadi terbiasa dengan kondisi baru yang seberulnya buruk.
Dia menyebut fenomena buruk itu bisa saja dianggap kewajaran baru.
"Pelemahan demokrasi secara perlahan seperti itu dapat sebabkan 'shifting baseline syndrome', yaitu perubahan secara bertahap dan perlahan hingga publik menjadi terbiasa dengan kondisi barunya yang sebenarnya buruk," katanya.
yang penuh oleh praktik yang dulunya dipandang tidak normal dan tidak boleh dinormalkan dalam demokrasi, tapi karena perburukannya berlangsung perlahan maka tanpa disadar dianggap kewajaran baru," lanjutnya.
Bakal capres NasDem ini lalu berpesan, fenomena pelemahan demokrasi ini akan terlalu berat dikembalikan ke relnya jika terlambat diatasi.
"Dari dokumenter ini dunia belajar bahwa demokrasi tidak boleh 'taken for granted', tapi harus terus dirawat.
Penyimpangan walau hanya kecil namun kontinyu terhadap etika dan praktik demokrasi akan menjadi lebar bila dibiarkan.
Pesan pentingnya: bila terlambat maka akan menjadi terlalu berat untuk dikembalikan pada relnya," kata dia.
Kembali ke dokumenter, Anies menyinggung Lula da Silva baru saja dilantik sebagai Presiden Brasil.
Dia mengucapkan salut kepada sang sutradara, Petra Costa.
"Kemarin, Lula da Silva dilantik menjadi presiden setelah mengalahkan Jair Bolsonaro dalam pemilu tahun lalu.
Ia berjanji hadirkan kembali program sosial dan hentikan deforestasi.
Komitmen yang tentu harus dibuktikan dan harus dikawal oleh rakyatnya.
Salut untuk Petra Costa yang mengangkat tema penting ini," ujar dia.
"Btw, sesudah menonton ini, saya janji sama Mikail, kita akan menonton Avatar 2 buat hiburan. :)," tutup Anies. (*)