POLITIKAL.ID - Politikus Prabu Revolusi sempat dikabarkan dipecat dari Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud.
Pemecatan itu lantaran Prabu Revolusi beralih dukungan ke Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024.
Belakangan isu yang muncul, Prabu Revolusi sengaja angkat kaki karena instruksi Istana, yang memintanya merapat ke Prabowo-Gibran dan meninggalkan TPN Ganjar-Mahfud.
Soal rumor yang berkembang liar tersebut, Prabu Revolusi akhirnya angkat bicara.
Pria yang dikenal sebagai jurnalis penyiaran itu membantah penmcoppotannya dari Deputi Komunikasi 360 TPN Ganjar-Mahfud karena permintaan orang dalam Istana.
Prabu mengklarifikasi bahwa tidak ada pemecatan dari TPN Ganjar-Mahfud.
Ia berdalih sengaja mundur karena alasan dinamika internal TPN Ganjar-Mahfud.
"Saya mundur sejak pertengahan November yang lalu karena memang ada dinamika internal dan saya mundur bersepakat dengan pimpinan TPN secara baik-baik," ujar Prabu Revolusi melansir Tempo.co.id.
Nama Prabu Revolusi sebelumnya terseret sebagai kambing hitam di balik anjloknya elektabilitas Ganjar-Mahfud.
Berkaca pada hasil survei Litbang Kompas yang dirilis 11 Desember 2023, elektabilitas Ganjar-Mahfud melorot ke angka 15,3 persen.
Jangankan menyaingi perolehan elektabilitas Prabowo-ganjar, angka tersebut justru lebih buruk dari yang diperoleh Anies-Muhaimin 16,7 persen.
Prabu Revolusi yang mengemban jabatan sebagai Deputi Komunikasi 360 dalam TPN Ganjar-Mahfud, dianggap tak memiliki strategi matang untuk memenangkan capres-cawapres nomor urut 3.
Paling menjadi sorotan, ketika Prabu Revolusi mendadak lengket dengan Gibran Rakabuming Raka ketika kampanye di Kalimantan Timur belum lama ini.
Padahal saat itu belum ada pernyataan resmi yang menyatakan Prabu Revolusi mundur dari jabatan maupun dipecat di TPN Ganjar-Mahfud.
(REDAKSI)