POLITIKAL.ID - Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD mengaku telah mendengar isu tentang pengaturan perolehan suaranya di Pilpres 2024.
Bahkan sebelum pencoblosan Pilpres 2024, Mahfud MD mengatakan perolehan suaranya dikunci hanya 17 persen.
"Biar aja diolah oleh masyarakat lah ya, itu kan sudah lama, wong sebelum pemilu kan sudah ada, sebelum pemungutan suara isu itu sudah ada, sudah dikunci sekian dan angkanya persis. Tinggal nanti pembuktiannya saja," ungkap Mahfud MD di Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2024).
Semula, isu ini keluar dari mulut SekjenD PDIP Hasto Kristiyanto yang menyebut ada algoritmauntuk menghalangi perolehan suara Ganjar-Mahfud.
Akibatnya, suara Ganjar-Mahfud hanya sekitar 16 persen di Pilpres 2024.
Hasto mengklaim mengetahui kecuarangan Pilpres 2024 ini dari sejumlah pakar teknologi informasi.
Meski demikian, Hasto tak menyebut siapa dan dari mana pakar tersebut.
"Misalnya, dimasukkannya suatu algoritma untuk nge-lock perolehan Pak Ganjar itu hanya maksimum 17 persen," ujar Hasto.
Respons KPU
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy'ari tak tinggal diam dengan pengakuan Mahfud MD maupun Sekjend PDIP.
Menurut Hasyim, tidak ada algoritma yang sengaja digunakan untuk mengunci suara capres-cawapres tertentu.
Ia menegaskan, KPU tak pernah menargetkan persentase suara para capres-cawapres.
"KPU membantah bahwa KPU tidak pernah mematok, tidak pernah mengunci, tidak tidak pernah menargetkan partai tertentu, pasangan calon tertentu, sejak awal harus suaranya sekian, tidak ada," ujar Hasyim dalam konferensi pers di Kantor KPU RI.
Menurut Hasyim, pemungutan suara pada Pemilu 2024 bersifat langsung, dimana pemilih menggunakan hak pilihnya dengan datang ke TPS pada 14 Februari 2024.
Bahkan, kata Hasyim, KPU tidak bisa mengontrol jumlah pemilih yang datang ke TPS, apalagi mengatur perolehan suara.
"Berapa jumlah pemilih yang hadir saja KPU tidak bisa mengontrol, KPU tidak bisa menentukan berapa sih pemilih, katakanlah dari DPT, DPTb, DPK di dalam negeri itu berapa yang akan hadir itu," kata Hasyim.
Untuk itu, Hasyim menyebut KPU tak dapat memprediksi atau mengontrol perolehan suara para kontestan Pilpres maupun partai politik.
Menurutnya, jumlah persentase suara para pasangan capres-cawapres saat ini merupakan hasil penghitungan suara dari TPS.
"Tidak pernah ada situasi ini. Jadi perolehan suara baik berupa suara maupun kalau dikonversi jadi persentase itu adalah semuanya berasal dari penghitungan suara secara berjenjang dari TPS," ungkapnya.
(REDAKSI)