POLITIKAL.ID - Presiden China, Xi Jinping mendapatkan undangan dari Arab Saudi, kunjungan itu dalam waktu tiga hari.
Kunjungan itu kabarnya berfokus pada ikatan energi karena Beijing berusaha untuk menghidupkan kembali ekonominya dan Riyadh ingin memperluas aliansi globalnya di luar kemitraannya dengan Barat, terutama Amerika Serikat.
Xi mendarat pada hari Rabu di ibu kota Saudi, Riyadh, (07/12) media pemerintah China dan Saudi melaporkan. Kunjungan itu menandai perjalanan ketiganya ke luar negeri sejak pandemi virus corona dimulai dan yang pertama ke Arab Saudi sejak 2016.
Bendera Saudi dan Cina dipajang di Riyadh. Xi melambaikan tangan dari pesawatnya dan disambut oleh Gubernur Riyadh Pangeran Faisal bin Bandar Al Saud, Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dan gubernur Dana Investasi Publik (PIF) yang berdaulat, Yasir Al-Rumayyan, menurut pejabat Saudi Press Badan (SPA).
Hal ini mendapat respon dari US, Gedung Putih memperingatkan pada hari Rabu bahwa upaya China untuk menggunakan pengaruhnya di seluruh dunia "tidak kondusif" bagi tatanan internasional.
“Kami memperhatikan pengaruh yang coba dikembangkan China di seluruh dunia. Timur Tengah tentu saja merupakan salah satu kawasan di mana mereka ingin memperdalam tingkat pengaruhnya,” kata John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
“Tentu saja bukan kejutan bahwa Presiden Xi berkeliling,” kata Kirby, sambil menambahkan bahwa AS fokus pada kemitraannya sendiri di wilayah tersebut.
Xi berkunjung atas undangan Raja Saudi Salman “untuk memperkuat hubungan bersejarah dan kemitraan strategis antara kedua negara”, SPA melaporkan pada hari Selasa.
Perjanjian awal senilai $29,26 miliar akan ditandatangani selama KTT bilateral, kata SPA.
Xi juga akan menghadiri KTT Negara-Negara Arab-China pertama dan KTT Dewan Kerjasama China-Teluk di Riyadh, menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.
Diketahui China,merupakan konsumen energi terbesar dunia, dan Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia, telah membantu menjaga stabilitas pasar minyak global.
Kunjungan Xi dilakukan saat China berupaya memperdalam hubungannya dengan negara-negara di Timur Tengah di tengah meningkatnya ketegangan dalam hubungannya dengan AS dan negara-negara Barat lainnya.
Dalam sebuah tajuk rencana, China's Global Times, sebuah tabloid yang dikelola negara, menggambarkan KTT China-Arab States sebagai "tonggak sejarah dalam sejarah hubungan negara-negara China-Arab". Surat kabar itu mengatakan bahwa setelah "dampak parah" Musim Semi Arab, kawasan itu memiliki "keinginan bersama" untuk menghindari gejolak politik dan mencapai pertumbuhan yang stabil dan "sangat tertarik dengan pengalaman China".
China melihat Arab Saudi sebagai sekutu utamanya di Timur Tengah tidak hanya karena kepentingannya sebagai pemasok minyak tetapi juga karena kecurigaan yang sama terhadap negara-negara Barat, terutama dalam isu-isu seperti hak asasi manusia.
Walaupun begitu, Arab Saudi tetap diam mengenai situasi di wilayah barat jauh China di Xinjiang, di mana PBB mengatakan penahanan warga Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya mungkin merupakan “kejahatan terhadap kemanusiaan”.
(Redaksi)