POLITIKAL.ID, SAMARINDA - Kabar mengejutkan datang dari Samarinda.
Seorang mahasiswa berinisial BH(25) ditemukan gantung diri pada Sabtu (11/7) sore.
Berdasarkan keterangan dari sang kakak, hal tersebut disebabkan karena stress akibat skripsi yang ditolak dan dirinya yang tak kunjung lulus setelah berkuliah selama 7 tahun.
Menanggapi hal tersebut wakil rakyat asal Kalimantan Timur Hetifah Sjaifudian mengaku sangat prihatin.
“Sangat terkejut dan sedih mendengarnya. Turut berduka cita untuk keluarga almarhum,” ujarnya.
Ia menambahkan, di era pandemi ini kita harus lebih sering memperhatikan satu sama lain.
“Di masa-masa ini, sangat rentan stress, akibat masalah ekonomi, kesehatan, dan yang lainnya. Apalagi, interaksi sosial kita berkurang. Sebaiknya kita sesama teman, anggota keluarga, juga antar dosen dan mahasiswa saling menjaga dan mengecek keadaan satu sama lain apakah baik-baik saja,” jelasnya.
Hetifah yang juga merupakan Wakil Ketua Komisi X DPR RI ini berharap hal tersebut jangan sampai berulang kembali.
“Pihak kampus mohon untuk selalu memonitor keadaan mahasiswanya, apalagi yang tinggal jauh dari keluarga. Jangan tambahkan beban-beban akademik lain yang terlalu berat, dan sebaiknya ada kelonggaran yang diberikan di masa pandemi,” paparnya.
Terakhir, Hetifah mendorong perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia untuk memberikan layanan konsultasi psikologis untuk mahasiswanya.
“Di negara-negara maju, kesehatan mental sangat menjadi perhatian. Kampus-kampus biasanya menyediakan jasa konsultasi gratis dengan psikolog untuk para mahasiswa, dan itu sangat ditekankan dari awal masuk. Sayang sekali di kita ini belum lumrah, padahal sudah ada undang-undangnya mengenai kesehatan jiwa. Saya harap ini mulai menjadi perhatian untuk perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia.” pungkasnya. ( */Redaksi Politikal - 001 )