POLITIKAL.ID - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terus mendapat tudingan penggelembungan suara pada Pemilu 2024, imbas lonjakan drastis pada penghitungan KPU beberapa waktu lalu.
Namun politikus PDIP, Deddy Sitorus punya cara lain dalam merespons lonjakan suara PSI.
Deddy mulanya khawatir suara PSI semakin naik dari waktu ke waktu, lantaran masih ada 35 persen suara yang belum tercatat dalam real count KPU.
Kekhawatiran politikus PDIP ini merujuk pada pernyataan Mantan Gubernur Lemhanas, Andi Widjajanto yang mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi ingin meloloskan PSI ke Senayan.
Pasalnya saat ini putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep adalah Ketua Umum PSI.
"Itu menyempurnakan agenda Jokowi yang disampaikan pada Andi Wijayanto, bahwa PSI pasti lolos parlemen. Jadi ini yang kemudian mengecoh mengganggu imajinasi publik, ternyata berhasil Pak Jokowi masukin yang namanya PSI kira-kira gitu," ungkap Deddy Sitorus dalam Indonesia Lawyers Club, Sabtu, 9 Maret 2024.
Menurut Deddy Sitorus penggelembungan suara itu tak mungkin dilakukan PSI.
Ia menduga ada operasi dari kekuatan besar yang memang telah memahami cara untuk berbuat curang di Pemilu 2024.
Sembari melontarkan nada satire, Deddy Sitorus menyebutkan PSI yang dihuni anak muda tak punya pengalaman dalam politik apalagi memainkan suara Pemilu.
Selain itu, ia mengatakan akal Kaesang Cs tak sampai pada cara-cara penggelembungan suara.
"Jadi kalau orang kemudian menuding PSI, Saya kasihan sama PSI. Wong PSI (isinya) anak-anak dugem, kok bisa mainin pemilu dari mana?" kata Deddy Sitorus.
"Tentu ada kekuatan lain di luar PSI yang beroperasi. Kan nggak mungkin Bro and sis di PSI ini bisa main-main, ngatur masuk suara, mainin IT, nggak sampai akal mereka ke sana," tambah politikus Kalimantan Utara ini.
Apapun yang terjadi, kata Deddy semua kecurangan di Pemilu 2024 harus menjadi bahan koreksi bagi PSI, maupun perangkat pemilu.
"Tapi ya ini harus diterima oleh PSI sebagai koreksi, ini harus diterima oleh KPU, sebagai sebuah warning. Ini harus menjadi acuan bagi Bawaslu untuk cek segera. Karena apa, kalau sirekap ini yang bermasalah jangan setelah hasil akhir keluar baru Bawaslu bergerak," ujarnya.
Deddy juga memeinta Bawaslu tak tinggal diam terkait persoalan ini.
"Sekarang juga Bawaslu harus turun audit. Karena kami mempunyai data Bagaimana si rekap ini dimainkan," ucap Deddy Sitorus.
"Bagaimana dia jam 07.00 malam itu dihentikan karena kekacauan, locking perolehan masing-masing Pasangan calon presiden. Bagaimana yang seharusnya foto itu dimasukkan oleh petugas di TPS itu. Tetapi kemudian sirekapnya berhenti, masuknya entah dari mana-mana," tambahnya.
(REDAKSI)