Jumat, 15 November 2024

Tanggapi Kasus Pemerkosaan di Samarinda, PSI Desak RUU PKS Segera Disahkan

Kamis, 30 Juli 2020 3:39

IST

POLITIKAL.ID, SAMARINDA - Kasus Pemerkosaan di Samarinda yang diduga dilakukan seorang ayah berinisial R kepada anak kandungnya sendiri turut dikecam Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Selain menunjukan tindakan tak bermoral, PSI menyebut kasus ini juga membuka mata semua pihak bahwa kekerasan seksual sangat rentan terjadi di lingkungan terdekat, yakni keluarga sekalipun.

Ketua DPW PSI Kaltim Novita Rosalina menyebut, rumah dan keluarga yang semestinya menjadi tempat teraman dan awal pendidikan etika malah menjadi tempat terburuk.

“Selain budaya patriarki, relasi kuasa secara psikis turut memicu kekerasan seksual sampai pemerkosaan. Dalam kasus ini, ayah yang semestinya berperan sebagai pendidik justru memanfaatkan kekuasaannya sebagai kepala rumah tangga untuk menekan dan memaksa korban,” kata Novita, Kamis (30/7/2020).

Menurut Novita, hal itu nampak dari pemberitaan yang menyebutkan korban dicekoki dengan minuman keras sebelumnya diperdaya pelaku.

“Pendidikan seks dalam keluarga sangat penting untuk mencegah hal serupa. Upaya itu dapat dimulai dengan menghilangkan stigma bahwa seks itu tabu dan saling menghormati privasi termasuk privasi anak yang sedang menuju fase remaja,” paparnya.

Selain pendidikn seks, tambah Novita, regulasi khusus juga harus ditegakkan.

Tak hanya memuat hukuman pada pelaku, namun juga perlindungan dan pemulihan fisik dan psikis pada korban.

“RUU Penghapusan Kekerasan Seksual juga sangat mendesak untuk disahkan karena selain definisi kekerasan seksual yang mesti diperbarui, pasal-pasal dalam KUHP selama ini belum cukup mengakomodir keberpihakan pada korban,” kata Novita.

Dilain pihak sambungnya, kebijakan solidaritas masyarakat Suku Dayak yang menyerahkan kasus ini kepada kepolisian sangat diapresiasi.

Ini menunjukan bahwa masyarakat Dayak, selain menghormati ranah hukum pidana, juga tidak memberi tempat dan kesempatan pada pelaku kejahatan seksual, kendati pelaku 'R' tercatat merupakan anggota organisasi kesukukan.

“Kehancuran sebuah generasi dimulai dari hilangnya gambaran seorang ayah dalam diri seorang anak. Hakikat seorang ayah seharusnya hadir dan berfungsi bagi seorang anak,” pungkasnya. ( Redaksi Politikal - 001 )

Tag berita:
Berita terkait