POLITIKAL.ID - Zulkifli Hasan alias Zulhas terpilih kembali sebagai ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN). Zulhas menang lewat pemilihan yang berlangsung dalam Kongres V PAN, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/2).
Zullhas memperoleh 331 dari 562 suara sah. Ia terpilih menjadi ketua umum PAN periode 2020-2025 dengan mengalahkan Mulfachri Harahap yang memperoleh 225 suara dan Drajad Wibowo yang memperoleh 6 suara. Awalnya calon ketua umum PAN dalam kongres tahun ini berjumlah empat orang. Namun, satu kandidat, yakni Asman Abnur menyatakan mundur dari proses pencalonan jelang proses pemilihan dilaksanakan.
Usai terpilih Zulhas langsung mengangkat Hatta Rajasa sebagai ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PAN periode 2020-2025. Jabatan ini sebelumnya diduduki oleh Soetrisno Bachir. Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai penunjukan Hatta usai Zulhas terpilih sebagai ketua umum tak lain untuk mengimbangi Amien Rais di tubuh partai berlambang matahari terbit itu.
Hatta adalah salah satu politikus senior PAN yang berseberangan dengan Amien Rais. Pada kongres lima tahun lalu, Hatta merupakan lawan Zulhas. Saat itu Amien mendukung Zulhas, ketimbang Hatta.
"Pengangkatan Hatta Radjasa itu menunjukkan PAN sepertinya mencari patron baru selepas pamor politik AR (Amien Rais) memudar," kata Wasisto kepada CNNIndonesia.com, Rabu (12/2).
Amien sendiri tak mendukung Zulhas untuk menjadi pimpinan PAN lagi. Ia lebih menjagokan Mulfachri dan putranya Hanafi Rais untuk memimpin partai yang berdiri pada 1998 lalu. Amien sebelumnya menjabat sebagai ketua Dewan Kehormatan PAN. Zulhas sampai saat ini belum memutuskan apakah Amien tetap diposisi serupa untuk lima tahun ke depan.
"Nantilah kita baru ini (selesai Kongres), nanti lebih lanjut kami akan diskusikan lagi," kata Zulhas saat menggelar konferensi pers usai penutupan Kongres V PAN di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Rabu (12/2).
Wasisto menyebut belum diputuskannya Amien kembali masuk jajaran pengurus DPP karena Zulhas ingin membentuk ulang PAN untuk kembali pada citra partai reformis. Ia menilai PAN telah kehilangan jati dirinya.
"Paska kongres ini, partai akan lebih sibuk pada rekonsiliasi internal antarkader," ujarnya.
Wasisto mengatakan PAN juga tak menutup kemungkinan masuk kembali dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hal ini tak terlepas dari garis politik PAN yang mengambil posisi sebagai partai tengah oportunis. Menurutnya, garis politik PAN ini tak berbeda dengan Demokrat. Ditambah saat ini ada Hatta dalam kepengurusan PAN. Hatta sendiri merupakan besan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Hal ini sepertinya akan dipengaruhi karena hubungan besan politik antara SBY dan Hatta Rajasa," tuturnya.
Wasisto juga menyoroti Zulhas yang kerap dipanggil sebagai saksi kasus korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Terbaru Zulhas akan diperiksa Jum'at (14/2), sebagai saksi kasus alih fungsi hutan Riau. Ini merupakan panggilan kedua setelah sebelumnya Zulkifli tidak memenuhi panggilan penyidik dengan pelbagai alasan. Wasisto khawatir kasus korupsi itu bisa menyeret Zulhas dan membuat PAN terbelah seperti beberapa partai lainnya, yakni Golkar dan PPP
"Hal tersebut yang sebenarnya berpotensi PAN bisa terpecah dalam dua atau tiga kubu. Kondisi ini pernah terjadi Golkar dan PPP. Sehingga mengundang intervensi pemerintah," tuturnya.
Lunturkan Pengaruh Amien Rais
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menyebut Zulhas melunturkan pengaruh Amien di tubuh PAN dalam pemilihan ketua umum. Sebelumnya, Amien merestui Zulhas untuk menjadi ketua umum dalam Kongres PAN 2015. Zulhas pun terpilih setelah mengalahkan Hatta yang saat itu menjadi kandidat calon ketua umum.
"Tradisi restu ke AR di PAN menjadi luntur. Itu karena Zulhas melawan kebijakan AR soal regenerasi," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Meskipun demikian, Ujang berpendapat Zulhas akan tetap menawarkan posiai ketua Dewan Kehormatan PAN. Namun, jika Amien tak mau, Zulhas bisa menawarkan jabatan itu kepada politikus senior lainnya. Di sisi lain, kata Ujang, keputusan Zulhas menarik masuk Hatta dan memberikan posisi Ketua MPP tak lain untuk mengimbangi kekuatan Amien di internal partai.
"Secara ketokohan di PAN memang belum selevel AR (Amien Rais). Tapi ke depan Hatta besar pengaruhnya di PAN," katanya.
Lebih lanjut, Ujang menilai posisi politik PAN tak berbeda jauh dari yang sebelumnya. PAN disebut Ujang, masih mencari aman dan tak berani mengkritik kebijakan pemerintahan Jokowi. Tetapi, lanjutnya, jika di tengah jalan PAN bergabung dengan pemerintahan Jokowi, hal itu bukan sesuatu yang aneh. PAN sudah pernah melakukan langkah tersebut pada periode pertama Jokowi. Ketika Pilpres 2014, PAN mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Namun ketika pemerintahan Jokowi, yang merupakan lawan Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014, berjalan PAN memilih bergabung.
"Kemungkinan PAN masuk pemerintahan Jokowi sangat besar. Tradisi PAN. Pemilu di oposisi. Pasca Pemilu berkoalisi dengan pemerintah," tuturnya. (*)
Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul "Nasib Amien Rais Usai Zulkifli Hasan Kembali Jadi Ketum PAN" https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200212152532-32-473963/nasib-amien-rais-usai-zulkifli-hasan-kembali-jadi-ketum-pan