POLITIKAL.ID - Presiden Jokowi dituding panik, hingga memutuskan turun gunung makan bakso bersama Prabowo Subianto di Magelang, Jawa Tengah, belum lama ini.
Tudingan Jokowi panik berasal dari kubu capres-cawapres nomor urut 1 dan 3.
Kepanikan Jokowi didasarkan pada aksinya turun ke sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk bagi-bagi bantuan sosial (bansos).
Aksi Jokowi tersebut dituding untuk menaikkan elektabilitas survei capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo-Gibran yang belum menyentuh 50 persen.
Jokowi dainggap sengaja memilih kunjungan ke Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk menggembosi Kandang Banteng, alias merebut suara Ganjar-Mahfud.
Tudingan Presiden Jokowi panik kemudian dibantah Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Hasan Nasbi.
Dalam tayangan Satu Meja The Forum episode DEMI SATU PUTARAN?, di Kompas TV, Hasan Nasbi menilai tudingan Jokowi panik sangat tidak mendasar, Rabu, (31/1/2024).
Pria yang juga Founder Cyrus Network itu menegaskan TKN Prabowo-Gibran tidak pusing dengan elektabilitas yang belum menyentuh kemenangan Pilpres 2024 satu putaran.
"Kalau kita yang angka surveinya tinggi dibilang panik, kenapa harus panik? Kita paling tertinggi semua. Kalau kita yang tertinggi begitu aja dibilang panik, terus yang di bawah mau dibilang apa? kan gak enak nanti mau bilang apa?" kata Hasan Nasbi.
Menurutnya, apapun yang terjadi dengan Pilpres 2024, baik itu satu putaran maupun dua putaran, Hasan Nasbi mengklaim Prabowo-Gibran akan keluar sebagai pemenang.
"Kalau pemenang putaran satunya Prabowo-Gibran, di simulasi semua polster pemenang putaran kedua juga Prabowo-Gibran. Silakan buka aja angka simulasi putaran kedua. Simulasi head to head yang dirilis sama semua polster. Makanya kami gak pusing," ungkapnya.
Ia juga menganggap tudingan soal Jokowi panik terhadap elektabilitas Prabowo-Gibran yang stagnan, kurang masuk akal.
Justru Hasan Nasbi balik menuding kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang mulai panik dengan aksi Jokowi turun menyapa rakyat.
"Kalau buat saya gak ada soal kepanikan. Tadi katanya ada resistensi, ya kalau ada resistensi harusnya happy-happy aja dong, gak usah protes dong, justru blunder buat kami dong kalau ada resistensi, jadi gak usah khawatir," ucapnya.
Hasan Nasbi menilai kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud meributkan aksi Jokowi karena sosoknya punya daya tarik yang kuat di masyarakat dan dianggap bisa mempengaruhi suara publik.
"Menurut saya memang sekarang ini Pak Jokowi itu masih jadi magnet elektoral tingkat approval ratingnya tinggi, ini kesepakatan, konsensus sapientum, kesepakatan polster itu memang tingkat approval ratingnya tinggi," kata dia.
Ia menilai publik sudah paham keberpihakan Jokowi di Pilpres 2024 berada di belakang Prabowo-Gibran, sekalipun tidak turun kampanye.
"Tidak ada yang punya kesimpulan bahwa Pak Jokowi ada di belakang Mas Anies, nggak mungkin ada. Orang yang paling awam pun tidak akan bikin kesimpulan Pak Jokowi ada di belakang Anies, nggak mungkin. Nggak mungkin juga orang yang literasinya minim sekalipun berkesimpulan misalnya Pak Jokowi di belakang Ganjar," ucapnya.
"Pak Jokowi itu clear kok di mata publik, di belakang Prabowo dan Mas Gibran, karena ini yang paling clear melanjutkan kebijakan dan legacynya pak Jokowi. Jadi sebenarnya pak Jokowi gak perlu kampanye. Kalau yang gimik itu diributkan, menurut saya itu karena magnet elektoral Pak Jokowi saja," imbuhnya.
Hasan Nasbi berpendapat aksi yang ditunjukkan pak Jokowi mulai dari turun ke Jawa Tengah hingga makan bakso bersama Prabowo Subianto, menjadi celah bagi lawan politik untuk menyerang Prabowo-Gibran.
"Emangnya kita yakin kalau Pak Jokowi makan bakso dengan Pak Prabowo kemudian orang pindah ke Pak Prabowo? kan bukan karena makan bakso. Emang yakin gara-gara Pak Jokowi dengan simbol dua jari kemudian orang pindah ke dua jari? tanpa itupun orang sudah paham kok," ucapnya.
Ia mengambil kesimpulan bahwa saat ini, lawan politik Prabowo-Gibran sengaja menyerang Jokowi karena ketakutan dan tidak nyaman.
"Kalau simbol-simbol itu harus misalnya diributkan, kenapa gak ribut kemarin Pak Jokowi main bola dengan kaos merah-merah?" tanya Hasan Nasbi.
"Kenapa nggak ribut kemarin Kiai Maruf Amin (Wapres) pose dengan tiga jari? ini kan soal perasaan lagi enggak enak aja mas.
Jadi apapun yang dilakukan oleh Pak Jokowi, apa yang dilakukan oleh Mas Gibran dan Pak Prabowo harus diributkan. Nggak ada yang perlu diributkan dari tindakan-tindakan itu," ucapnya menambahkan.
(REDAKSI)