Kamis, 25 April 2024

Mengenang Sastrawan Indonesia WS Renda

Kamis, 3 November 2022 15:50

IST

POLITIKAL.ID, SAMARINDA - Dr Willibrordus Surendra Broto Rendra, atau yang dikenal W S Rendra lahir 7 November 1935 di Solo. Karya penyair berjuluk burung merak itu masih bertahan dari gempuran era teknologi informasi saat ini. Namanya cukup dikenal dikalangan kelompok aktivis lantaran menjadi salah satu sosok sastrawan yang kerap menampilkan puisi yang bermuatan sosial. Sajak sebatang lisong adalah puisi yang ia tampilkan di panggung dan banyak menerima perhatian sekaligus menebar api dalam sekam pemerintahan orde baru saat itu. Karena aktivitas seni teater bersama teman - temannya di bengkel teater Yogyakarta sejak tahun 1967, tahun 1985 ia memindahkan ruang kerjanya di Depok. Rendra pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada dan dari perguruan tinggi itu Rendra menerima gelar Doktor Honoris Causa. Melalui majalah Siasat. Pertama kali memublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952. Setelah itu, puisi-puisinya menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan 70-an. Kaki Palsu adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika SMP dan Orang-orang di Tikungan Jalan adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya, Sastra Indonesia Modern II (1989) berpendapat dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri. Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepan, dan India. Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995). Rendra juga memainkan film beberapa judul mulai dari tahun 1972 hingga 2008 untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarga. Dari istri ketiganya, ia memilik 11 anak. Berikut karya - karya yang lahir dari Rendra • Orang-orang di Tikungan Jalan (1954) • Bib Bob Rambate Rate Rata (Teater Mini Kata) - 1967 • SEKDA (1977) • Selamatan Anak Cucu Sulaiman (dimainkan 6 kali) • Mastodon dan Burung Kondor (1972) • Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)- dimainkan dua kali • Macbeth (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama) • Oedipus Sang Raja (terjemahan dari karya Sophokles, aslinya berjudul "Oedipus Rex") • Lysistrata (terjemahan) • Odipus di Kolonus (Odipus Mangkat) (terjemahan dari karya Sophokles, • Antigone (terjemahan dari karya Sophokles, • Kasidah Barzanji (dimainkan 2 kali) • Lingkaran Kapur Putih • Panembahan Reso (1986) • Kisah Perjuangan Suku Naga (dimainkan 2 kali) • Shalawat Barzanji • Sobrat Kumpulan sajak/puisiSunting • Ballada Orang-orang Tercinta (Kumpulan sajak) • Blues untuk Bonnie • Empat Kumpulan Sajak • Sajak-sajak Sepatu Tua • Mencari Bapak • Perjalanan Bu Aminah • Nyanyian Orang Urakan • Pamphleten van een Dichter • Potret Pembangunan Dalam Puisi • Disebabkan oleh Angin • Orang Orang Rangkasbitung • Rendra: Ballads and Blues Poem • State of Emergency • Do'a untuk Anak-Cucu • Perempuan yang Tergusur • Sajak Sebatang Lisong • Nyanyian Angsa
Tag berita:
Berita terkait