Pemkot Samarinda Siapkan Lahan dan Bangunan untuk Relokasi Pedagang Pasar Dayak dan Subuh
Jumat, 6 Agustus 2021 1:50
IST
POLITIKAL.ID, SAMARINDA – Rencana relokasi pasar Dayak di Jalan PM Noor, Samarinda Utara tengah berjalan. Konsep berbeda akan dihadirkan Pemkot Samarinda di lokasi yang baru nantinya. Pedagang dari pasar Dayak akan digabungkan dengan pasar Subuh. Wali Kota Samarinda, Andi Harun menjelaskan, pihaknya sudah membicarakan soal teknis tempat relokasi kedua pasar tersebut. Mulai dari akses masuk pasar dari jalan utama. Kemudian rencana pengadaan lahan baik pasar maupun jalan tambahannya, kemudian jumlah lapak, desain bangunan, tata ruangan, jumlah lapak etnik kerajinan, turut menjadi pertimbangan. "Jadi nanti bukan pasar sayur saja. Ada lapak etnis juga," ujar Andi Harun, Jum'at (6/8/2021). Ia melanjutkan, tempat relokasi tak jauh dari lokasi semula pasar Dayak. Yakni sekira 100 meter ke arah Jalan Sempaja. Berdasarkan keputusan rapat, bangunan baru pasar akan dibuat satu lantai saja. "Pembagian tata ruang, pasar tradisional dan pasar seni. Kemudian untuk sembakonya berapa, lapak bazarnya berapa, kemudian penunjangnya harus diatas 50 persen minimal. Tadi kami lihat 57 persen sudah penunjangnya. Berupa parkir, saluran air, RTH," imbuh dia lagi. Saat ini, jumlah pedagang sedang di data. Dijelaskan Andi Harun, wadah relokasi pasar tersebut memiliki panjang 6 meter dan lebar 60 meter. "Ada pembebasan lahan sedikit. Untuk lokasi pasar sudah jelas. Ada penambahan lahan," terangnya. Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda, Cecep Herly menjelaskan, kebijakan Pemkot Samarinda merelokasi dua pasar tersebut adalah upaya merapikan kota Samarinda. Ia mengatakan, berdasarkan desain yang dipresentasikan, bangunan pasar baru tersebut dapat di isi 100 lapak pedagang. "Ada tiga segmen dalam wadah relokasi baru tersebut. Pertama segmen etnis, ada display kemudian workshop, kami siapkan walau sederhana. Kemudian segmen kering seperti sembako, dan segera basah seperti daging," ujar Cecep Herly. Cecep menyatakan, dalam rangka arsitektural, bangunan menyangkut dengan teknologi. Adalah sosiologi teknologi yang dilakukan Sebagai media yang memposisikan masyarakat menjadi subjek, sebagai pembelajaran bagaimana proses berbelanja yang baik. "Hasil daripada dagangan pun kalau bisa dengan keluaran yang baik," ucapnya. Lanjut Cecep, dalam presentasi pihaknya menilai yang modern itu belum tentu harus mahal. Pihaknya akan menggunakan material yang murah, sebab lokasi di sana adalah catchment area. "Yang kalau dibangun pasti konsekuensi nya mahal. Tapi kami diskusi bagaimana ini bisa murah," terang Cecep. "Terakhir bagaimana mengkondisikan pasar secara opini publik dia adalah etnik, maka kami hadirkan etnik, tetapi tidak harus mahal. Kami semaksimal mungkin mengefesiensikan wadah pasar," pungkasnya. (*)
Berita terkait