POLITIKAL.ID - Berita Nasional yang dikutip POLITIKAL.ID tentang penilaian pengamat politik atas kepulangan Habib Rizieq ke Tanah Air.
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab telah kembali ke Tanah Air.
Hubungannya dengan pemerintah pusat menjadi perhatian dan pembahasan banyak pihak.
Habib Rizieq tidak lagi dipandang sebagai tokoh agama tetapi menjadi sosok yang berpengaruh di dunia politik nasional.
Pengamat Politik, Ubedilah Badrun mengatakan jika Habib Rizieq konsisten menjalankan fungsi oposisi kemungkinan pengaruhnya akan semakin besar.
“Hubungan dengan pemerintah sepertinya akan sama, meski cenderung bisa lebih halus. Akan tetapi, jika langkah pemerintah makin pro oligarki dan kekuatan asing, ada kemungkinan Habib Rizieq akan memilih jalan lebih keras,” ujarnya kepada SINDOnews, Jumat (13/11/2020).
Kepulangannya dari Arab Saudi yang disambut banyak orang dinilai sebagian pihak sebagai kebangkitan politik Islam.
Namun, Ubedilah menilai kehadiran Habib Rizieq masih dalam proses dinamika diskursus Islam dan politik.
“Belum bisa dimaknai sebagai kebangkitan politik Islam. Akan tetapi, lebih dipahami sebagai dinamika agar kekuatan politik Islam diberi ruang dalam demokrasi yang setara,” terang dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu.
Ubedilah menjelaskan fenomena ini merupakan hal biasa dalam negara demokrasi.
Apalagi, di negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
“Semua kekuatan politik mesti memahami secara obyektif fenomena Habib Rizieq ini,” ucapnya.
Selepas kedatangannya ke Petamburan, rumah sekaligus markas FPI, Habib Rizieq banyak didatangi tokoh partai dan pejabat publik, seperti Amien Rais, Fadli Zon, Anies Baswedan, dan pengurus teras Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Ubedilah menyatakan silaturahmi para tokoh itu sebagai peristiwa biasa.
Sebab, sebelumnya mereka memiliki kedekatan kultural secara sosial maupun politik.
“Tentu tidak mungkin menarik-narik Habib Rizieq ke dalam partai politik. Langkah kunjungan itu lebih terlihat sebagai silaturahmi dan semacam kangen-kangenan. Namun demikian, karena ketokohan Habib Rizieq tentu memberi pengaruh politik pada publik,” tuturnya.
Kini muncul dorongan agar Habib Rizieq dan pemerintah melakukan Islah.
Ubedilah mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak harus menemuinya karena tidak ada yang mewajibkannya.
“Pertemuan dengan Habib Rizieq sudah didahului Anies Baswedan. Jika Jokowi melakukan itu, berarti mengikuti cara Anies. Sesuatu yang terlambat,” pungkasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di sindonews.com dengan judul "Kepulangan Habib Rizieq Belum Bisa Dimaknai sebagai Kebangkitan Politik Islam"