POLITIKAL.ID, SAMARINDA - Proses pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah serentak sudah dibuka.
Disejumlah daerah di Kaltim, beberapa paslon sudah mendaftarkan diri ke KPUD masing-masing, termasuk di Kutai Kartanegara.
Di kabupaten kaya migas ini, pasangan Edi Damansyah dan Rendi Solihin mendaftar bersama seluruh partai politik pemilik kursi DPRD Kutai Kartanegara.
Jika pasangan ini lolos seluruh berkasnya, maka dipastikan Edi-Rendi akan melawan kotak kosong.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kutai Kartanegara, Bakri menyayangkan seluruh perahu pengusung pasangan calon diambil oleh satu pasangan calon.
Padahal, demokrasi itu adalah kesempatan bagi rakyat untuk memilih calon pemimpinnya.
“Jika hanya ada satu kandidat, seolah kita dipaksa untuk memilih pasangan calon tersebut. Ini tidak baik untuk demokrasi,” kata Bakri, Jumat (4/9/2020).
Istilah pesta demokrasi yang didengungkan di setiap momen pemilihan, baik Pemilu maupun Pilkada, Bakri menyebut kini menjadi sangat hambar.
Tak ada pesta, yang ada hanya kampanye satu arah, tanpa pembanding.
“Calon tunggal membunuh demokrasi,” sebutnya.
Menurut Bakri, partai politik yang punya kesempatan mencalonkan kepala daerah seperti terkesan gagal membangun kaderisasi.
Padahal partai politik adalah harapan masyarakat untuk melahirkan calon-calon pemimpin terbaik, baik di daerah maupun di tingkat nasional.
“Sebagai partai politik senior, saya kira tidak seharusnya mereka mengekor pada satu pasangan calon. Semoga mereka masih bisa berfikir ulang demi kebaikan demokrasi di Kutai Kartanegara,” katanya.
DPD PSI Kutai Kartanegara, kata Bakri, menyayangkan sikap pasangan Edi-Rendi yang memilih merangkul semua partai politik. Seharusnya, sebagai petahana, Edi Damansyah memberikan ruang bagi calon lain untuk ikut kontestasi.
Semakin banyak calon paparnya, semakin banyak pilihan untuk masyarakat. Itulah esensi bagi demokrasi yang memberikan ruang pilihan lebih banyak.
“Jika beliau merasa program yang dijalankan selama kepemimpinannya kemarin baik dan tepat sasaran, kemudian di masa kampanye Pilkada menawarkan penyempurnaan program itu, saya yakin pasti bakal menang dengan mudah,” katanya.
Di sisi lain, pilkada dengan calon tunggal membuat tak ada lagi perang visi dan misi. Padahal membandingkan rencana pembangunan setiap pasangan calon lewat program yang ditawarkan akan sangat baik dalam pendidikan politik.
Calon tunggal, sebutnya, sekedar penyampaian visi dan misi tanpa debat kandidat yang mencerdaskan. Masyarakat dihadapkan pada pilihan memilih atau tidak.
“Melawan kotak kosong, tidak ada perang program yang bisa membuat masyarakat mengenal lebih jauh calonnya,” tambah Bakri.
Apalagi dengan salah satu calon yang merupakan petahana, sebut Bakri, kandidat pesaing bisa menjadi tolak ukur apakah program yang sudah dijalankan dan direncanakan nanti itu tepat sasaran atau tidak.
Terkait sikap politik PSI pada Pilkada Kutai Kartanegara, Bakri menyebut masih melakukan konsolidasi internal.
Konsolidasi bersama seluruh pengurus tingkat kecamatan bersama kader dan simpatisan akan mengambil sikap dalam waktu dekat.
“Kita masih konsolidasi di internal melalu sejumlah pertemuan untuk membangun gerakan bersama soal sikap kami dalam Pilkada kali ini. Bisa saja kami akan mengkampanyekan kotak kosong,” pungkasnya. ( Redaksi Politikal - 001 )