POLITIKAL.ID - Perang antara Ukraina dan Rusia meletus sejak 24 Februari 2022. Hingga kini, belum ada tanda-tanda kedua negara berdamai.
Jelang tibanya musim dingin, Rusia telah meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina.
67 rudal jelajah diluncurkan oleh Rusia, namun pertahanan udara Ukrania berhasil mencegat 51 di antaranya.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan lebih dari enam juta rumah tangga di negara itu masih terkena dampak pemadaman listrik.
Pemadaman terjadi dua hari setelah serangan Rusia yang ditargetkan pada infrastruktur energi Ukraina.
"Sampai malam ini, pemadaman listrik berlanjut di sebagian besar wilayah (Ukraina) dan di Kyiv. Secara total, lebih dari enam juta pelanggan," kata Zelensky dalam pidato harian, yang dilansir AFP, Sabtu (26/11).
Ia menambahkan jumlah rumah tangga yang terkena dampak telah berkurang "setengah" sejak Rabu sebelumnya.
Zelensky mengatakan sekitar 600 ribu pelanggan mengalami pemadaman listrik di ibu kota Kyiv dengan wilayah Odessa, Lviv, Vinnytsia dan Dnipropetrovsk mengalami dampak tersebut.
Beberapa pekan terakhir, serangan Rusia yang sistematis dan terarah membuat infrastruktur energi Ukraina bertekuk lutut saat musim dingin mendekat.
Kondisi itu memicu kekhawatiran akan krisis kesehatan dan eksodus penduduk lebih lanjut.
Berbagai Respon dari dunia menggapi serangan Ukrania yang menjatuhkan rudal di Infrastruktur energi Ukrania.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin "mempersenjatai musim dingin" untuk menimbulkan penderitaan yang luar biasa.
"Setelah kewalahan di medan perang, Moskow sekarang mengadopsi strategi pengecut dan tidak manusiawi yang menghukum pria, wanita, dan anak-anak Ukraina," katanya.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, men-tweet bahwa serangan Rusia terhadap infrastruktur sipil merupakan kejahatan perang, menyusul komentar serupa dari AS.
Sebelumnya Parlemen Eropa mengategorikan Rusia sebagai "negara sponsor terorisme" atas serangannya terhadap Ukraina.
Segera setelah resolusi parlemen disahkan, situs web parlemen di Strasbourg tidak bisa diakses. Para pejabat EU menyebutnya sebagai serangan oleh peretas "pro-Kremlin".
Sebagai informasi, "Pro-Kremlin" artinya orang-orang pro cabang eksekutif pemerintah Rusia atau Uni Soviet, khususnya dalam urusan luar negerinya.
benteng Moskow, termasuk di dalam temboknya kantor-kantor utama Rusia dan, sebelumnya, pemerintah Soviet. (Redaksi)