POLITIKAL.ID - Berita Mancanegara yang dikutip POLITIKAL.ID tentang tolakan kerja sama vaksin Covid-19 AS terhadap Rusia.
Pejabat senior Rusia di Moskow mengatakan mereka telah menawarkan kerja sama akses pengembangan dan perawatan vaksin virus corona kepada Amerika Serikat, namun ditolak.
Pejabat itu mengatakan bahwa AS saat ini tidak terbuka terhadap kemajuan medis Rusia dalam menangani pandemi Covid-19.
"Ada rasa rasa ketidakpercayaan umum di pihak Amerika terhadap Rusia dan kami yakin bahwa teknologi termasuk vaksin, pengujian, dan perawatan (yang dilakukan Rusia) tidak diadopsi di AS karena ketidakpercayaan itu," ujar seorang pejabat senior Rusia.
Terkait penolakan tersebut, sumber-sumber di Rusia mengatakan Washington harus 'serius mempertimbangkan' vaksin Sputnik V untuk menyelamatkan nyawa warga AS.
"Jika vaksin kami terbukti menjadi salah satu yang paling efektif, mengapa AS tidak mengeksplorasi opsi ini lebih dalam, mengapa politik menghalangi akses (memperoleh) vaksin," ucapnya menambahkan.
Mengonfirmasi hal itu, seorang pejabat AS berdalih bahwa vaksin buatan Rusia dianggap masih setengah matang sehingga tidak menarik minat mereka.
"Tidak mungkin AS mencoba (vaksin Rusia) ini pada monyet, apalagi manusia," kata pejabat kesehatan masyarakat pemerintah AS kepada CNN.
Sebaliknya, sekretaris pers Gedung Putih Kayleigh McEnany mengatakan bahwa AS juga tengah mengembangkan vaksin sendiri secara serius yang telah memasuki tahap pengujian klinis fase ketiga.
Presiden Rusia Vladimir Putih pada Selasa (11/8) lalu mengumumkan bahwa mereka telah mengembangkan vaksin untuk digunakan pada pasien berisiko tinggi.
Putin bahkan mengatakan bahwa putrinya menjadi salah satu orang yang menerima vaksin tersebut.
Rusia merencanakan vaksinasi massal Covid-19 terhadap warganya mulai Oktober mendatang.
Klaim Rusia ini mengundang keraguan dari banyak ahli lantaran penggunaan vaksin tersebut tidak melalui tahap uji klinis terlebih dahulu.
Keraguan banyak ahli tidak menghentikan langkah Moskow untuk menggunakan vaksin.
Mereka menyebut vaksin Sputnik V telah menarik setidaknya 20 negara dari Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte sangat meyakini vaksin buatan Rusia itu.
Ia bahkan menyatakan siap menjadi 'kelinci percobaan' untuk disuntikkan vaksin ketika barang itu telah tiba di negaranya. (*)
Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul "AS Tolak Tawaran Kerja Sama Vaksin dari Rusia"