Fenomena tanah bergerak yang mengganggu jalur utama Samarinda-Balikpapan, tepatnya di Kilometer 28 Desa Batuah, Kutai Kartanegara, mendapat perhatian...
POLITIKAL.ID - Fenomena tanah bergerak yang mengganggu jalur utama Samarinda-Balikpapan, tepatnya di Kilometer 28 Desa Batuah, Kutai Kartanegara, mendapat perhatian serius dari DPRD Kalimantan Timur.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi, menyoroti faktor teknis sebagai penyebab utama kerusakan jalur nasional tersebut.
"Struktur tanah di area tersebut harus dikaji ulang, termasuk sistem drainase yang ada di sepanjang jalan," ujar Reza, Jumat (25/4/2025).
Menurut Reza, kombinasi antara struktur tanah yang tidak stabil, buruknya manajemen air permukaan, serta tekanan berlebih dari kendaraan berat seperti angkutan batu bara menjadi faktor dominan penyebab longsor dan pergerakan tanah.
Ia menjelaskan, tanah lempung yang menyerap air secara berlebihan tanpa sistem drainase yang memadai sangat rentan terhadap pergerakan, terutama saat musim hujan.
Ditambah beban lalu lintas berat yang terus menerus melewati jalur tersebut, mempercepat kerusakan lapisan bawah jalan.
"Jalur ini mungkin tidak dirancang untuk lalu lintas dengan beban sebesar itu. Evaluasi teknis harus dilakukan dari nol, mulai dari jenis tanah, desain jalan, hingga regulasi lalu lintas berat," tegasnya.
Reza juga menilai, adanya alih fungsi lahan di sekitar jalur akibat pertambangan memperparah instabilitas tanah.
Penggundulan hutan dan penggalian tanah menyebabkan hilangnya lapisan penahan alami. Komisi III DPRD Kaltim mendesak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) dan Kementerian PUPR untuk segera melakukan audit teknis menyeluruh terhadap jalur Samarinda-Balikpapan.
"Ini bukan hanya soal perbaikan permukaan aspal. Perlu penanganan fondasi tanah, penguatan lereng, hingga redesign sistem drainase," kata Reza.
Sebagai solusi jangka panjang, DPRD Kaltim mendorong penerapan teknologi perkuatan tanah seperti geogrid, peningkatan sistem drainase bawah tanah, serta pembatasan kendaraan bertonase besar melalui jalur tersebut. "Kita tidak bisa hanya menambal jalan tanpa mengatasi akar teknis masalahnya," pungkas Reza.
(Adv)