Bulan pertama adalah proses belajar untuk mengukur kualitas hasil produksi. Nardi menyebut, pada bulan ke dua baru ia mulai promosi melalui media sosial. Alhasil peminat pasar hasil produksinya sudah keluar sampai Kalimantan Tengah (Kalteng).
"Alhamdulillah, untuk permintaan pasar saat ini selain di penajam sudah sampai Samarinda, dan Balikpapan. Sanggata juga mulai buka jalur, dalam waktu dekat kita akan kirim ke Kalteng,"urainya.
Nardi mengakui, produksinya saat ini belum terlalu maksimal. Selain karena baru ia mulai, faktor lain juga karena kondisi alam. Apabila cuaca hujan maka ia tidak bisa produksi. Karena dalam prosesnya ia masih menggunakan alat seadanya, sabuknya harus diparut lalu dijemur.
Padahal kata dia, dalam kondisi kerja yang tidak maksimal pun, bersama mertua dan istrinya, mereka bisa menghasilkan hingga puluhan pot bunga dalam sehari.
"Kalau hitungan ekonomi sebetulnya selama kita mau berkreativitas ada aja peluang yang menjanjikan, karena kalau dilihat selama saya buat ini, ada aja pesanan. Walaupun belum banyak yang kenal tetapi ada aja peminatnya,"imbuhnya.
"Untuk saat ini cukuplah untuk membantu ekonomi keluarga, apalagi saya juga belum maksimal. Kalau kita betul betul maksimalkan. Bisa jadi, kita buat lagi produk baru dari sabut kelapa, cukup menjanjikan sih,"lanjutnya lagi.
Nardi menilai, jika ada kemauan untuk berkreativitas, banyak hal, terkadang dianggap tidak bermanfaat tetapi bisa menjadi potensi ekonomi. Hal itu menurut dia sebagai model pemberdayaan dengan memanfaatkan potensi yang dilingkungan.
Saat ini, dirinya mulai mendesain ragam bentuk dan ukuran pot untuk menyayasar potensi pasar. ( Redaksi Politikal - 001 )