Jumlah pelaku usaha yang mengeluhkan landainya keuntungan tidak sedikit. Pelaku usaha merugi, terkena PHK, dirumahkan sementara, hingga kerugian lainnya.
Oleh karena itu, Ibas mengungkapkan kolaborasi antar-stakeholder sangat diperlukan untuk menggairahkan kembali roda ekonomi di sektor ini.
Dukungan dari berbagai pihak juga sangat dibutuhkan, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, asosiasi terkait, dan seluruh masyarakat; termasuk para pelaku usaha.
“Saya pikir, kita semua harus terus berupaya melakukan langkah-langkah mitigasi dan melakukan penanganan seoptimal mungkin untuk membangkitkan perekonomian Indonesia, khususnya kabupaten,” ungkapnya.
Ibas juga kembali melanjutkan, adaptasi kebiasaan baru (new normal) melalui penerapan protokol kesehatan perlu dilakukan untuk menjaga potensi sektor pariwisata dengan cara yang sehat dan tepat, khususnya dalam aspek kesehatan dan sosial ekonomi.
Ia juga menekankan bahwa kesehatan dan keselamatan warga dan pengunjung adalah prioritas, yang terpenting di atas segalanya.
“Kedua hal ini saling berkaitan erat. Jika kesehatan sudah terjamin, maka ekonomi pun akan meningkat secara otomatis,” tandasnya.
Ibas juga memaparkan, saat ini faktor penunjang Quality Tourism seperti Kebersihan, Kesehatan, Keamanan dan Keberlangsungan Lingkungan (K4) atau CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) merupakan protokol kesehatan yang harus diterapkan di sektor kawasan Pariwisata.