POLITIKAL.ID, SAMARINDA - Jasa pengantaran saat ini sedang diminati masyarakat.
Hal ini lantaran peraturan pembatasan aktivitas yang diberlakukan pemerintah daerah semisal di Samarinda.
Kebutuhan primer seperti makanan pun diantar menggunakan jasa tersebut. Seperti makanan laut, yang mana dilihat Muhammad Dahsyat Aulia memiliki peluang.
Yayat panggilannya, bercerita, awalnya ia dan ayahandanya, yakni (almarhum) Dahri Yasin, mulai memperhatikan kondisi ekonomi saat pasien Covid-19 pertama kali terkonfirmasi ada di Indonesia pada Februari lalu. Saat itu, mereka merasa semua sektor akan terpuruk ketika pandemi sudah masuk di wilayah Ibu Pertiwi.
Namun ketika itu Yayat mengatakan, ada satu sektor yang tidak akan terlalu merasakan dampak dari pandemi. Yaitu, usaha kecil mikro menengah (UMKM). Mendengar itu, Ayah Yayat menanyakan alasan kenapa Yayat berkata demikian. Dan sektor UMKM mana yang tidak terdampak. Dengan jelas Yayat mengatakan sektor UMKM kebutuhan primer-lah yang tidak akan memiliki imbas.
"Seperti makanan. Hal-hal gitu enggak mungkin kan enggak dikonsumsi? Cuma yah sudah saat itu sekedar ngobrol saja dengan almarhum. Pembicaraan ala-ala warung kopi," ucapnya saat dihubungi melalui telepon seluler, Sabtu (19/9/2020) petang.
Setelah obrolan tersebut, beberapa hari kemudian orang pelelangan datang ke rumah Yayat. Yang merupakan suruhan dari ayahandanya. Ayah Yayat meminta kepadanya untuk menjualkan ikan-ikan yang dibawa. Mengaku terkejut tapi Yayat tetap mengiyakan permintaan ayahnya.
"Kaget kita kan karena tidak ada koordinasi ke anak-anaknya. Ikan yang dibawa 1 box waktu itu. Terus yasudah, saya minta ke Bapak untuk duduk manis saja, biar kita (anaknya) yang mikirin," ujarnya.
Dirinya pun memulai dengan mem-posting di akun Facebook pribadinya. Juga di grup keluarga yang ada dalam aplikasi pesan instan miliknya. Antaran pertama langsung dikomplain customer. Dibilang tidak segar dan ikan yang diantar juga tidak dibersihkan.
"Dari situ kita sadari, ternyata customer maunya ikan (yang diantar) harus dibersihkan, terus di fillet, terus ikannya datang (dalam kondisi) segar. Disitu juga saya lihat potensi pasarnya," terangnya.
Yayat pun konsultasi kepada kakaknya. Ia bahkan sempat mengira jasa tersebut tidak akan berlanjut. Tetapi permintaan customer terus saja berdatangan. Ia akhirnya mendiskusikan kepada ayahnya dan juga kakaknya.
Tak lama dari itu, pasien pertama yang terkonfirmasi Covid-19 di Samarinda pun diumumkan pemerintah. Kemudian penerapan kebijakan pemerintah diberlakukan untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19. Dari situ permintaan langsung tinggi.
"Disitu kita kenak catch-nya. Permintaan tinggi sekali, dibantu pula dengan pengiklanan dari media-media di Samarinda yang bikin orderan makin tambah naik. Sampai akhirnya kita buatkan Instagram, Facebook, dan website officialnya, untuk mempermudah orang-orang mengorder," jelas Yayat.
Produk mereka adalah jasa pengantaran. Dimana bahan-bahan makanan dari laut yang sudah bersih diantarkan ke customer. Dengan garansi barang yang diantarkan dalam kondisi segar. Jika tidak, barang tersebut akan diganti dengan yang baru.
Harga produk laut yang ada di mereka memang lebih tinggi dibandingkan harga yang ada di pasaran. Tetapi dengan garansi yang mereka tawarkan, mereka yakin kepuasan pelanggan akan tetap diperoleh.
"Boomingnya pada saat pandemi. Pas Mei kemarin, hingga sekarang," tambahnya.
Pemasaran menggunakan sosial media (sosmed) diakui Yayat sangat berpengaruh. Karena banyak orderan yang berasal dari sosmed. Yang mereka tawarkan bukan hanya ikan saja, tetapi udang, juga cumi. Baik laut maupun sungai. Dikatakan Yayat lagi, sehari orderan antaran bisa 30. Paling rendah ketika tanggal tua hanya 15 orderan antaran.
"Paling susah ngupas udang. Ada yang pernah order 10 kilogram, ngupasnya susah. Jadi yang seperti itu kita minta harga charge," katanya.
Karyawan yang dimiliki untuk pengupasan ikan dan antaran alias kurir ada 10 orang. Jika orderan antaran banyak, dirinya akan mengambil jasa kurir lokal di Samarinda. Supplier ikan yang digandeng pun juga lokalan.
"Supplier gabungan. Tidak dari satu source, ada yang dari Anggana, dari ujung-ujung Samarinda. Intinya ikan segar yang mereka punya, kita bantu dengan jasa ini," sambungnya.
Dalam sebulan ikan yang diantar bisa sampai 3 ton. Paling banyak antaran yang pernah mereka antar 100 kilogram ikan. Dimana awal-awal pengantaran dulu cuma 10 kilogram saja.
Untuk pengantaran sejauh ini hanya di wilayah Samarinda saja. Diakui Yayat, pasar di Kota Tepian sangatlah multi-culture. Penawaran untuk mengembangkan usaha jasanya di daerah lain pun ada. Namun Yayat menyampaikan, dirinya ingin menguasai pasar di wilayah Kota Tepian dahulu.
"Matengin dulu disini, ketika kita siap hadapi pasar dan ketika sistem kita juga sudah ready, untuk pindah ke daerah lain itu gampang," lugasnya.
Wilayah yang sudah pernah mengajukan penawaran seperti reseller ada di Mahulu. Juga diperbatasan Kalimantan Utara (Kaltara). Tetapi kembali lagi, kecocokan sistem masih belum pas buat masyarakat di wilayah tersebut.
"Disana ramainya pakai Facebook, sedangkan di Samarinda ramainya di Instagram," tambahnya lagi.
Untuk toko offline, di wilayah Samarinda sudah ada dua. Tepatnya di Jalan Untung Suropati dan di wilayah Agra Mulia.
"Pandemi ini justru pedagang-pedagang UMKM untuk kebutuhan primer bisa terbantukan dengan jasa yang kita tawarkan," pungkasnya. ( Redaksi Politikal - 001 )
Anak Politisi Golkar Jajaki Usaha Jasa Pengantaran Ikan
Sabtu, 19 September 2020 5:28
IST
Berita terkait