Jutaan Warga Indonesia Berpotensi Jatuh Miskin, Ini Penyebabnya
Minggu, 2 Oktober 2022 20:49
IST
POLITIKAL.ID - Ancaman resesi ekonomi secara global makin nyata di depan mata. Tanda tanda resesi ekonomi pun sudah jelas terlihat. Di tengah pemulihan ekonomi, Indonesia di hadapkan pada tekanan kenaikan harga-harga di masyarakat. Hal ini tentu menyebabkan inflasi yang tinggi memicu harganya resesi ekonomi dunia. Mulai dari krisis energi hingga krisis pangan. Ini diakibatkan perang yang tidak selesai antara Rusia dan Ukraina. Tentu imbas resesi tersebut akan berimbas pada nilai jual beli masyarakat melemah. Produksi barang dan jasa juga menurun akhirnya memicu banyak pengangguran dan meningkatkan angka kemiskinan. Sebagai dampak dari resesi tersebut, sebanyak 13 juta orang di Indonesia berpotensi jatuh ke jurang kemiskinan. Potensi tersebut juga datang menyusul ketentuan baru bank dunia mengenai hitungan paritas daya beli atau kemampuan belanja. Teranyar, Bank dunia telah menetapkan garis kemiskinan ekstrem naik dari USD 1,9 per orang per hari menjadi USD 2,15 per orang per hari, atau sekitar Rp 32.800 per hari. Sementara orang kelas menengah atas di Indonesia yang turun kelas mencapai 27 juta orang. Secara keseluruhan, terdapat 174 juta orang kelas menengah atas di Asia yang turun kelas. Sementara itu Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi pada September 2022 akan mencapai 5,88% secara tahunan (year on year/yoy). Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Wahyu Agung Nugroho dalam pelatihan media bersama BI di Ubud, Bali, Sabtu (1/10/2022). “Berdasarkan survei pemantauan harga, survey pada minggu kelima, bulan ini (September 2022) inflasinya sekitar 5,88% yoy,” jelas Wahyu. Wahyu menjelaskan komoditas penyumbang inflasi pada September 2022 di antaranya adalah bensin sebesar 0,91% secara bulanan. Secara umum, berdasarkan perhitungan BI, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertalite, Solar, dan Pertamax akan menambah inflasi 1,8% hingga 1,9%. Transmisi kenaikan harga BBM akan dirasakan pada kenaikan harga barang-barang lainnya. Dampak putaran kedua atau second round dari kenaikan harga BBM akan dirasakan sekitar 3 bulan mendatang. Persoalan inflasi di Indonesia, kata Wahyu masih bersumber dari harga pangan bergejolak (volatile food) dan administered prices (harga yang diatur pemerintah). (*)
Berita terkait