Perlu ada pendekatan-pendekatan baru yang dicoba untuk meningkatkan minat baca. Sekarang, orang sudah jarang yang datang ke perpustakaan fisik, apalagi di kondisi Indonesia yang secara geografis berpulau-pulau menjadi sangat sulit.
“Tapi, hampir semua orang memiliki gadget di tangan. Potensi itu yang harus kita manfaatkan. Apalagi dengan adanya Covid-19 ini, masyarakat Indonesia sudah semakin terbiasa untuk menggunakan teknologi. Kita harus beralih dari menggunakan target-target konvensional seperti jumlah perpus, rak buku, dan lain-lain ke target-target digital seperti jumlah user iPusnas, jumlah buku yang dibaca, jumlah judul yang tersedia, dan sebaganya. Akses internet yang merata tentu merupakan prasyarat agar ini berhasil,” usul Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu.
Meski demikian, Hetifah mengakui minat baca buku digital pun rendah. Sehingga, minat membaca buku ini memang harus dibiasakan sejak dini di keluarga. Minat baca biasanya dibentuk sejak usia dini.
“Biasanya kalau orang tua senang buku anaknya juga jadi suka. Dilanjutkan di sekolah juga harus lebih banyak kesempatan membaca, mendiskusikan isi buku. Juga didorong adanya klub-klub buku,” tuturnya.
Selain itu, legislator Dapil Kalimantan Timur ini menambahkan, orang tua juga perlu mendorong rasa ingin tahu dan rasa penasaran anak untuk mengeksplorasi buku. Jangan hanya dibatasi pada buku pelajaran atau buku agama saja.
“Kalau senang buku cerita beri buku cerita. Kalau emang buku bergambar beri buku bergambar. Sehingga anak tidak melihat buku jadi beban dan sarana belajar dan mengerjakan tugas saja, tapi sarana bermain dan hiburan,” ucapnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Sindonews.com dengan judul "Komisi X DPR: Kebiasaan Baca Buku Harus Dimulai dari Keluarga Sejak Dini"