Senin, 25 November 2024

Konflik Iran-Israel Sebabkan Harga Minyak Naik, Analis DCFS Sebut Tidak Ada Tanda Penuruan

Senin, 15 April 2024 16:25

POTRET - Bendera Iran. / Foto: Istimewa

POLITIKAL.ID - Ketegangan antara Israel dan Iran menyebabkabkan harga minyak mentah naik 0,0015% ke level US$ 85,20 per barel pada hari ini, Senin (15/4). Kemudian harga minyak Brent juga naik 0,037% ke level US$ 90,24 per barel

Data ini diambil dari  Trading Economics, Menurut Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mencermati bahwa tidak ada tanda-tanda yang cukup kuat untuk perubahan menuju penurunan harga minyak

Menurut dia, beberapa faktor yang memberikan dukungan kuat terhadap kenaikan harga minyak salah satunya yaitu, ketegangan yang terus meningkat antara Israel dan Iran, sehingga menghadirkan potensi konflik yang dapat memicu perang di kawasan Timur Tengah. 

Iran, sebagai salah satu produsen minyak terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk mempengaruhi pasar minyak global,” kata Andrew dalam risetnya, Senin (15/4).

Selain itu, Andrew juga menyoroti penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Dia menilai, dolar yang kuat biasanya membuat harga minyak menjadi lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lain, sehingga dapat memberikan tekanan tambahan terhadap harga minyak.

Fischer memprediksi tren kenaikan harga minyak masih akan berlanjut, dengan sedikit tanda-tanda perubahan yang mengindikasikan penurunan. 

“Konflik internal di Amerika Serikat, khususnya dengan Texas, juga menjadi faktor yang akan mempengaruhi harga minyak. Texas, sebagai produsen minyak terbesar di AS, memiliki potensi besar untuk memengaruhi pasokan global,” kata dia. 

Andrew mengatakan, pada perdagangan Jumat (12/4), minyak mentah menunjukkan peningkatan pada jam perdagangan Eropa, mencapai US$ 87,45 per barel untuk penyerahan Mei, atau meningkat sebesar 2,86% dari sesi sebelumnya di New York Mercantile Exchange.

Sementara dalam analisis teknis, Andrew bilang, minyak mentah kemungkinan akan mendapat supportpada level US$ 84,55 per barel, dan resistance terletak pada US$ 87,60 per barel.

Indeks Dolar AS Berjangka yang memantau kinerja Dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya juga naik sebesar 0,76% ke level US$ 105,86 per barel. 

“Dari analisis serta rangkuman harga minyak hari ini, terlihat bahwa harga minyak cenderung mengalami kenaikan. Faktor-faktor seperti potensi konflik geopolitik dan penguatan dolar AS menjadi pendorong utama di balik kenaikan ini,” imbuhnya. 

Andrew menyarankan kepada para investor dan pelaku pasar untuk terus memperhatikan perkembangan situasi tersebut dengan cermat, guna mengambil keputusan investasi yang tepat.

(Redaksi) 

Tag berita: