“Mari kita bersama-sama bergotong royong untuk mewujudkan renovasi masjid ini,” ajaknya.
Masjid Raya Darrusalam adalah masjid terbesar kedua di provinsi Kalimantan Timur setelah Masjid Islamic Center Samarinda. Masjid Darussalam berada di tengah-tengah Kota Samarinda. Ciri yang mudah dilihat adalah, masjid ini memiliki 1 kubah besar dan beberapa kubah kecil yang berdampingan dengan kubah besar yang berwarna hijau dan memiliki 4 buah menara. Masjid ini berada di sisi Sungai Mahakam.
Pembangunan Masjid Raya Darussalam Samarinda pada tahun 1925 dilakukan oleh orang-orang Banjar yang mendirikan permukiman di Kampung HBS (kini kawasan Pasar Pagi). Seiring kemajuan zaman bangunan masjid tertua itu banyak mengalami perubahan tanpa mengurangi ciri khasnya.
Sebelumnya masjid itu bernama Masjid Jamik yang kemudian mengalami renovasi pada 1953 dan 1967. Bahkan, semula masjid ini dibangun di atas tanah 25×25 meter di pinggiran Sungai Mahakam.
Namun, dengan kemajuan Kota Samarinda yang semakin pesat menyebabkan lokasi masjid bergeser ke Jalan Yos Sudarso dengan luas sekitar 15 ribu meter persegi. Sedangkan bangunan masjid itu mengacu pada konsep Kerajaan Turki kuno. Ciri itu tampak pada bentuk kubah, menara, serta sejumlah lengkungan di atas pintu dan jendela.
Rencana renovasi Masjid Raya Darussalam ini telah dianggarkan Pemkot Samarinda Rp30 miliar. Masjid ini sudah puluhan tahun tidak direnovasi.
(Advertorial)