POLITIKAL.ID - Presiden keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat suara terkait penanganan wabah virus corona (Covid-19) di negeri ini saat ini.
Dalam tulisan di laman Facebook resminya, SBY mengatakan pandemi corona merupakan hal serius dan membutuhkan penanganan secara serius pula.
"Kita tidak ingin pada saat negara-negara lain sudah susut jumlahnya, justru kita yang meningkat. Jangan sampai Indonesia menjadi 'epicenter baru' setelah saat ini bergeser dari Tiongkok ke Eropa," tulis SBY, Selasa (17/3).
SBY kemudian mencontohkan bagaimana negara-negara lain makin serius dan efektif dalam menangani wabah ini. Negara-negara tersebut juga dinilai telah melakukan langkah-langkah terarah dan tegas.
Salah satu yang dilakukan negara-negara lain yakni dengan memberlakukan kebijakan lockdown. Kota dan negara yang di-lockdown juga dinyatakan tertutup dari kedatangan penduduk negara lain.
Di negara tetangga beberapa yang telah menerapkan kebijakan itu antara lain Malaysia di seluruh wilayah negeri dan Filipina yang hanya di wilayah ibu kota Manila.
Pemerintah Indonesia sampai saat ini belum melakukan lockdown atau penutupan akses wilayah terdampak virus corona (Covid-19). Presiden RI Joko Widodo sebelumnya mengatakan pemerintah belum berpikir mengambil kebijakan ke arah sana, meski sejumlah negara di dunia sudah mulai menerapkan lockdown.
SBY di sisi lain tetap menyambut baik langkah-langkah yang diambil pemerintah saat ini dalam upaya menangani pandemi virus corona. Namun, SBY meminta agar pemerintah juga menerapkan langkah yang lebih serius.
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu mengatakan pemerintah harus melakukan koreksi dan perbaikan atas langkah-langkah awal yang dilakukan.
"Mungkin awalnya terlalu percaya diri (overconfident), menganggap ringan (underestimate), sementara pernyataan sejumlah pejabat saya nilai tidak tepat (misleading). Tapi itu sudah lewat. Yang positif, tindakan pemerintah kini makin nyata," tegasnya.
Lebih lanjut, SBY juga menekankan agar pemerintah harus membuat rakyat merasa tenang dan tidak panik. Menurutnya, rakyat akan merasa tenang apabila mereka meyakini pemerintah melakukan langkah-langkah yang benar, tepat, dan kredibel.
Rakyat juga akan merasa tenang jika terus diberi informasi yang diperlukan, disertai dengan apa yang pemerintah harapkan untuk dilakukan masyarakat.
Ia juga menyoroti bagaimana pentingnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menangani wabah ini.
"Masyarakat juga mengharapkan "guidance" yang diterima dari pemerintah klop satu sama lain. Tidak ada perbedaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah," ujar Presiden Indonesia selama dua periode itu (2004-2009 dan 2009-2014).
Respons Gejolak Ekonomi Global
Dalam tulisannya, pensiunan jenderal TNI itu juga menyoroti gejolak perekonomian global yang diakibatkan corona. Pandemi Covid-19 telah berimbas kepada rontoknya harga-harga saham, minyak, dan nilai tukar.
Pandemi corona ini, kata dia, menurut para pakar ekonomi, pemimpin dunia usaha, dan bahkan elemen pemerintah di sejumlah negara khawatir gejolak ini dapat membuat dunia jatuh ke dalam 'resesi yang dalam dan panjang'.
"Bahkan ada yang mencemaskan kalau krisis ini jauh lebih berat dibandingkan krisis tahun 1998 dan tahun 2008 dulu," kata SBY.
Atas kejadian ini, SBY mengingat kembali kejadian tahun 2008 saat ia memimpin Indonesia di masa krisis ekonomi global.
"Melalui artikel ini saya hanya ingin mengingatkan agar Indonesia tidak terlambat menjalankan policy response dan aksi-aksi nyata yang diperlukan. Jangan too little and too late," kata dia.
"Selamatkan ekonomi kita, selamatkan rakyat. Di samping ekonomi dunia dan kawasan nampaknya benar-benar kelabu dan terus bergejolak, ekonomi kita juga memiliki sejumlah persoalan yang fundamental. Kalau ekonomi kita kuat, semua fundamentalnya kokoh dan tak memiliki risiko apapun, kita boleh agak tenang," tandas SBY.
Berdasarkan data pemerintah Indonesia pasien positif Covid-19 sejak diungkapkan yang pertama pada awal Meret ini kini mencapai 172 orang per Selasa (17/3). Sembilan di antaranya sudah sembuh, dan 5 meninggal.
Sementara itu data global ada 83 negara terjangkit virus yang kali pertama terdeteksi di Wuhan, China pada akhir tahun lalu. (*)
Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul "Penanganan Corona di Indonesia, SBY Singgung Utamakan Rakyat"