Minggu, 10 November 2024

Sebut Polarisasi Pemilu Itu Sesuatu yang Wajar, Anies Baswedan Minta Masyarakat Tak Perlu Khawatir

Jumat, 30 September 2022 15:0

Anies Baswedan

POLITIKAL.ID - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan polarisasi merupakan hal lumrah dan alami dalam kontestasi politik di negara manapun. Oleb karena itu, ia meminta warga untuk tidak perlu khawatir akan munculnya polarisasi pada saat rangkaian proses Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia berlangsung. "Kita kadang-kadang khawatir jangan sampai pemilu ini terjadi polarisasi, polarisasi itu sesuatu yang wajar. Seperti balon ada bendulnya lalu kembali lagi. Nah, saya ingin sampaikan ada polarisasi, ada friksi, ada konflik, ada pecah, itu ada stagenya," kata Anies dalam acara 'Indonesia Millennial and Gen-Z Summit 2022' di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (30/9). Ia lantas mengatakan banyak orang yang sering menganggap munculnya polarisasi maka berarti timbul perpecahan dalam masyarakat. Padahal menurut dia perbedaan pendapat dan tujuan itu wajar, seperti kutub utara dan kutub selatan. Anies kemudian mengibaratkan pertandingan sepak bola antara Manchester United dan Manchester City. Ia menyebut warga Manchester pasti akan mengalami kondisi polarisasi saat pertandingan itu berlangsung. "Pada ujungnya selesai pertandingan, semua baju merah dan baju biru itu hilang, ini kita bicara orang Manchester, ini contoh," kata dia. Anies juga meminta agar masyarakat Indonesia dewasa dalam menjalani kontestasi politik mendatang. Bukan hanya itu, ia juga meminta agar warga melihat rekam jejak para jagoannya sebelum memutuskan untuk memilih. "Karena di dalam masa kampanye masing-masing pihak akan menonjolkan kekuatannya dan akan melabelkan negatif pada lawannya. Itu dua-duanya terjadi," ujarnya. Anies kemudian menyinggung, dalam kontestasi politik juga akan memunculkan polarisasi emosi yang mencerminkan sejumlah golongan, misalnya gender, agama, suku, etnik, dan sebagainya. Selain aspek emosi, ada pula aspek lain yakni program. Ia menyebut, kecenderungan tokoh politik yang memenangkan kontestasi politik akan mengecilkan aspek emosi dan membanggakan aspek program, dan sebaliknya bagi yang kalah "Ketika proses kampanye itu, publik dirangsang dari sekarang, mari kita bersiap melihat rekam jejak apa yang sudah dikaryakan dah dihasilkan, sehingga ketika masuk fase pemilu pada saat proses, muncul isu-isu emosional itu dia tidak menutup tema-tema penting yang menyangkut kesejahteraan masyarakat dan kelangsungan demokrasi," pungkasnya. (*)
Tag berita:
Berita terkait