Uniknya, PDIP malah mendukungnya. Sementara PDIP perlu 'tegur' Anies untuk keperluan yang kurang lebih sama yakni konsolidasi pendukung jelang Pilkada Serentak 2020 ini.
Di sisi lain, kata Ray, selama ini, pemerintah sendirilah yang seolah berbeda dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika PDIP melibatkan diri dalam hal ini, karena salah satunya untuk kepentingan seperti disebutkan di atas.
Dengan kata lain, kedua belah pihak sama sekali tidak mendiskusikan subtansi masalah. "Yang satu kritik cara, yang lain menggunakan cara yang seolah dizalimi," ungkap Ray.
Padahal, lanjut dia, sejatinya ada subtansi yang bisa diperdebatkan yaitu mengapa PSBB DKI Jakarta gagal? Apa faktornya? Mengapa disiplin penduduk tidak bisa digalakkan? Apakah ada kelemahan dalam penanganan PSBB transisi? Menurutnya, evaluasi seperti ini belum dibicarakan secara tuntas.
Ray menganggap, kritik Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Wali Kota BogorBima Arya kepada kebijakan PSBB total Anies itu dianggap sesuatu yang penting untuk disikapi oleh Anies.
Tentu saja, menurut Ray, debat tak berujung ini, tidak perlu dan tidak dibutuhkan oleh masyarakat untuk saat ini namun dibutuhkan oleh para politikus.
Silang komentar antara mereka pasti tidak akan menghilangkan Covid-19. Yang ada adalah keruwetan.
"Anies jadi luput dikritik soal mengapa PSBB transisi berbuah Covid-19 menanjak.
Pusat lupa dikritik atas melonjaknya positif Covid-19 di seluruh Indonesia.
Jadi selain saling konsolidasi pendukung masing-masing, ketegangan ini juga untuk mengalihkan pembicaraan soal kegagalan menekan Covid-19, baik di DKI Jakarta maupun di seluruh Indonesia," katanya. (*)
Artikel ini telah tayang di sindonews.com dengan judul "PDIP dan Anies Dinilai Saling Jaga Performa Politik" https://nasional.sindonews.com/read/163536/12/pdip-dan-anies-dinilai-saling-jaga-performa-politik-1600045765