Wali Kota Samarinda Tak Punya Sense Of Crisis, Pilih Habiskan Waktu Lockdownnya di Yogjakarta
Rabu, 10 Februari 2021 5:2
IST
POLITIKAL.ID, SAMARINDA - Fenomena bingungnya masyarakat Kaltim terlebih Samarinda tentang instruksi dua kepala daerah mendapat perhatian dari akademisi Universitas Mulawarman (Unmul), Chairul Anwar. Hal itu dijelaskannya saat dikonfirmasi media ini. Menurutnya pandemi ini lama-lama buat semua orang stress dan bosan. Mau itu warga sipil biasa atau pejabat seperti wali kota. Kendati dirinya tidak mengetahui urgensi kunjungan kerja wali kota dan jajaran tersebut ke Semarang dan Jogyakarta. Melihat situasi penerapan pembatasan sosial atau lokal lockdown selama dua hari, Sabtu dan Minggu kemarin dan absennya wali kota memantau keadaan warganya cukup membuatnya heran bukan kepalang. "Saat-saat seperti ini, bentuk kepemimpinan wali kota itu sangat dibutuhkan masyarakat," ucap Cody sapaanya, Rabu (10/2/2021). Menurutnya masyarakat tidak minta wali kota atau gubernur sama-sama menderita di masa lockdown diakhir pekan. Namun sebut dia, kehadiran itu perlu. Mau tidak mau, suka tidak suka, pemimpin memberikan motivasi-motivasi dan pengaruh positif terhadap masyarakat. Tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan. "Kebijakan itu beneran loh, kan akan lebih baik seandainya wali kota, gubernur keliling wilayahnya sabtu dan minggu pagi. Memberikan sentuhan tegur sapa kan luar biasa. Ngobrol semisal ada yang masih buka ? gimana, apa masalahnya kenapa masih buka. Kok lu masih berkeliaran," terang dia memberikan masukan. Sehingga dengan memberikan sentuhan itu masyarakat dianggap wali kota atau ada, bahwa kebijakan itu memang sungguh-sungguh. "Ya bukan macan kertas kek begini," cetusnya. Pengajar Fakultas ekonomi dan bisnis Unmul itu juga menambahkan. Ke depan hari ini, dan hari - hari ke depan. "Warga perlu di leadership, karena memang sangat dibutuhkan, gitu loh," sarannya. Lalu ketika ada kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah. Masyarakat harus diyakinkan bahwa kebijakan itu sungguh-sungguh diinginkan Pemerintah dan dijalankan dengan penuh tanggung jawab. "Gimana caranya? ya itu leadership pemimpin harus hadir. Terlepas saya tidak tahu kepentingan perjalanan dinasnya apa," tuturnya. Pemimpin hadir itu bukan bagi-bagi sembako. Ini satu kebijakan penting apalagi dalam rangka memutus mata rantai covid-19, maka sudah seharusnya pemimpin hadir ditengah masyarakat walaupun ditengah krisis seperti sekarang ini. "Yakinkan masyarakat, bahwa kita tidak sekedar main-main. Keliling lah, tegur orang-orang," Apalagi wali kota sudah lama menjabat sebagai kepala daerah. Ditambahnya lagi, surat edaran membingungkan pelaku UMKM. Terlebih gubernur Kaltim membuat kebijakan tergesa-gesa. Terlihat ada koordinasi antara pemerintah kurang. Dampak dari yang tidak terkordinir itu seolah masyarakat sebagai bahan percobaan. Ia mengatakan bagaimana pasar penuh karena ada kepanikan. Sesuatu yang gak perlu menurutnya panik belanja hanya untuk bekal sabtu dan minggu. Akibatnya, biaya cos rumah tangga menjadi naik lebih dari biasanya. Sementara, sekian lama ini dirinya yakin orang hidup dari tabungan, bertahan dari penghasilan yang ada. "Tapi yang kerja serabutan, atau pekerja harian kan susah beradaptasinya. Sebenarnya ia menunggu hasil evaluasi. Kemudian Cody berharap, kebijakan tersebut kalau tetap dilaksanakan, harus ada data-data pendukungnya semisal, bisa kasih orang makan 2 hari. "Jangan bersembunyi dibalik kata" lockdown," pungkasnya. (001)
Berita terkait