Rabu, 4 Desember 2024

Jadi Pembicara di Koordinator NgoPi Pilkada Kaltim ke-6, Pokja 30: Orang Buta Politik begitu Bodoh

Jumat, 1 November 2024 23:7

BERBICARA - NgoPi Pilkada Kaltim yang kembali digelar para aktivis dan akademisi dengan membedah tema Pendidikan Hanya Janji Pilkada. (IST)

POLITIKAL.ID - Koordinator Pokja 30, Buyung Marajo dalam rilis NgoPi Pilkada Kalimantan Timur ke -6 menjadi pembicara dalam acara yang kembali digelar para aktivis dan akademisi di Kota Tepian pada Jumat (1/11/2024).

Menurut Buyung, Pilkada tahun ini bukan hanya memilih calon pemimpin di provinsi saja, tetapi termasuk ada di tiga kota dan tujuh kabupaten secara serentak. Tentunya segala informasi tentang kepemiluan daerah juga menjadi hal yang sangat penting bagi publik yang bukan hanya visi, misi dan program kerja para kontestan calon kepala daerah.

Pada kesempatan ini, NgoPi Pilkada Kaltim membedah tema Pendidikan Hanya Janji Pilkada. Dengan latar belakang bahwa politik sesungguhnya bukan dimiliki kalangan tertentu seperti presiden, anggota MPR-DPR, kepala daerah, ketua dan partai politik, tim sukses atau para pendukung kandidat semata, membicarakan yang berkaitan dengan hal yang berbau politik sering dianggap tabu. 

Sehingga muncul istilah politik itu kejam, sadis, bengis dan sebagainya memunculkan sikap-sikap yang apatis dan apolitis. Namun demikian, buta yang terburuk adalah buta politik. Karena individu tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik

"Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang buta politik begitu bodoh, sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya seraya mengatakan bahwa ia membenci politik," tulis Buyung sapaan akrabnya. 

Lanjut paparnya, mengutip dari penyair Jerman, Bertolt Brecht, kalau si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, dan rusaknya perusahaan nasional serta multinasional yang menguras kekayaan negeri.

Halaman 
Tag berita: