Kamis, 5 Desember 2024

Jokowi Jadi Sasaran Kritik Media Asing dalam Tangani Covid-19

Rabu, 19 Agustus 2020 22:36

Presiden Jokowi. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Pedangdut Iis Dahlia kemudian mempromosikan penggunaan kalung itu melalui unggahan di Instagram.

Ia mengaku bangga memakai kalung itu.

Tak mau kalah, Gubernur Bali I Wayan Koster juga mempromosikan pengobatan lokal, yakni menghirup uap arak rebus (minuman beralkohol tradisional yang terbuat dari kelapa).

Dia juga merekomendasikan untuk menambahkan sedikit minyak kayu putih.

Sejumlah influencer lainnya juga menebar informasi keliru di media sosial, termasuk rumor bahwa termometer inframerah menyebabkan kerusakan otak.

Menurut NYT, pemerintah mengalami kesulitan menyampaikan pesan berbasis sains yang konsisten tentang virus corona dan Covid-19 di tengah ketidakstabilan akibat pandemi.

Saat berita itu ditulis, angka virus corona di Indonesia sudah melampaui 108 ribu kasus dan lebih dari 5.130 kematian, melewati China dalam dua kategori tersebut.

Meski angka corona melejit, menurut NYT sebanyak 70 persen orang di Indonesia masih bepergian tanpa masker dan mengabaikan jarak sosial karena kesimpangsiuran informasi.

Disebutkan pula, Presiden Jokowi awalnya meremehkan pandemi dan menyampaikan pesan beragam.

Pada Maret, dia mengakui sudah menyesatkan publik tentang virus itu untuk mencegah kepanikan.

Dia juga dianggap lamban dalam menutup bisnis, sekolah, dan membatasi perjalanan, tapi dengan cepat mencabut pembatasan, bahkan ketika kasus terus meningkat.

Pada Mei, Jokowi mengatakan Indonesia harus belajar hidup dengan virus tersebut.

Namun, sebulan kemudian, dia mengancam akan memecat menteri kabinet karena tidak berbuat lebih banyak untuk mengendalikan pandemi.

Lalu pada Juli, dia menyerukan kampanye nasional untuk mempromosikan disiplin yang lebih baik dalam menjaga jarak sosial, memakai masker, dan mencuci tangan.

The Guardian

Pada 12 Juli, The Guardian dalam tulisan berjudul "Indonesia is failing to control coronavirus outbreak, say experts" menyebutkan bahwa Indonesia gagal mengendalikan wabah virus corona.

Para ahli mengatakan bahwa kegagalan ini akibat kurang pengujian, komunikasi buruk pemerintah, ditambah promosi obat palsu.

Selain itu, The Guardian juga menyoroti keadaan di mana staf medis bekerja tanpa henti, pembatasan di beberapa daerah terus dilonggarkan.

SBS News

Pada 12 Februari, SBS News lewat artikelnya berjudul "Australian experts doubt Indonesia's claim of being coronavirus free" mempertanyakan klaim Indonesia soal tak ada warga negara yang terjangkit virus corona.

Ahli penyakit menular dari Australian National University (ANU) Profesor Sanjaya Senanayake mengatakan ada kemungkinan sejumlah kasus tak terdeteksi karena orang lebih memilih tinggal di rumah daripada pergi ke rumah sakit.

Chief Medical Officer Australia Brendan Murphy juga mengaku sangat terkejut karena kala itu Indonesia belum melaporkan kasus corona.

"Seharusnya ada alasan untuk khawatir, mungkin ada kasus yang tak terdeteksi," katanya.

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait