Sabtu, 23 November 2024

Makna Filosofis Dibalik Nama Bambang Pacul

Rabu, 21 Februari 2024 23:2

POTRET - Ketua Bappilu PDIP, Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul./ Foto: Istimewa

POLITIKAL.ID - Ada makna filosofis dalam Kultur Jawa nama dari Ketua Bappilu PDI Perjuangan (PDIP) Bambang Wuryanto atau yang biasa dipanggil Bambang Pacul

Hal ini dia ungkapkan saat  Adu Perspektif bertema 'Gonjang-Ganjing Peringatan Gegara Pencapresan' yang disiarkan di detikcom atas kerja sama dengan Total Politik. 

Bambang Pacul awalnya mengungkap sejarah awal banyaknya warga yang menggunakan nama Bambang, untuk dibedakan diberikan nama belakang.

"Jadi dulu ketika saya SMA, SMA Negeri 1 Solo, itu banyak nama Bambang, belasan jumlahnya. Karena memang Bambang ini orang-orang yang dilahirkan dari 1945 sampai '65," kata Bambang Pacul seperti dilihat, Kamis (3/11/2022)

Nama Bambang, menurut Bambang Pacul tak lepas dari Perang Dingin, maka muncul seperti Bambang, Joko, dan Agus.

"Nah, kebetulan di kelas saya itu ada belasan nama Bambang, supaya dibedakan Bambang satu dengan Bambang yang lain, kalau dipanggil diberikan nama tambahan," ucapnya.

Bambang Pacul menceritakan bahwa kawannya saat sekolah ada yang diberi nama Bambang Fosil hingga Bambang Kotik. Ada cerita kenapa nama kawan Bambang Pacul diberi seperti itu.

"Ada Bambang Fosil, wajahnya seperti Pithecanthropus ya. Ada juga Bambang Panu, karena Bambang Panu ini adalah anak orang kaya yang ngomong jangan sampai kena panu, kalau kena panu itu nanti kita dianggap orang yang tidak berpunya," ucap Bambang Pacul.

"Ada juga yang dipanggil Bambang Kotik, kalau orang Jawa sana pitik itu ayam, kotik ini komando operasi pitik, karena setiap libur dia mendatangi kawan-kawan yang di desa minta ayam seolah-olah mau pelihara ayam, padahal dijual, disembelih. Mau tambah lagi, ada juga Bambang Gober, mohon izin Bambang Gober ini karena bibirnya kayak Paman Gober. Ada banyak," imbuhnya.

Sementara itu, Bambang Pacul dipanggil Bambang Pacul karena tak lepas dari keluarganya yang bertani di desa. Dari panggil Bambang Pacul tersebut juga untuk mengingatkan bahwa dirinya berasal dari desa.

"Kalau saya disebut Bambang Pacul karena ada di desa. Jadi kakek saya ini orang desa, itu biasanya kerja bertani, kemudian banyak yang bekerja ramai-ramai. Kemudian paculnya itu dibawa kalau pulang selesai kerja, itu ada namanya sumur bor, sumur pompa, dibersihkan di situ, kemudian dijendel-jendelkeun," sebut Ketua Komisi III DPR RI ini.

"Kemudian ada teman ikut hadir, pas main ke rumah itu, pas lah nama saya Bambang Pacul. Untuk mengingatkan dikau anak dari desa. Kelasmu dari bawah, itu kalau di SMA 1," sambungnya.

Selesai menjelaskan dari sisi sejarah, Bambang Pacul kemudian menjelaskan namanya berdasarkan makna dalam kultur Jawa. Bahwa nama Bambang identik dengan kultur Jawa, bahwa menurut Bambang Pacul nama Bambang masih ada darah para raja.

"Yang artinya itu masih ada darah para rajalah, itu masih ada. Tapi kemudian diharapkan keluarga di doanya dia diharapkan laku ksatrio, laku itu mengambil jalan hidup ksatria," jelas Pacul.

Kemudian Bambang Pacul, menjelaskan makna Pacul secara tersendiri, ternyata Pacul memiliki empat nilai yang tak boleh dilupakan. Pertama dan kedua adalah makna doa dan bekerja, kedua hal tersebut tak bisa dilepaskan menurut Pacul.

"Pacul itu alam kultur Jawa itu adalah sifat papat kang ora kena ucul, yang artinya, nomor satu pacul ada gagang pacul inilah yang namanya doran. Doran itu tansah dedungo mering pangeran, maksudnya adalah setiap mau kerja peganganmu Tuhan, selalu berdoa, selalu berdoa saja cukup? Nggak. Dia juga harus bekerja, maka lempeng pacul itu dinamakan bawa, bawa itu obahi awak, artinya badan bergerak, untuk bekerja, orang harus bekerja, badannya harus kerja, jadi doa dan bekerja," ucapnya.

Nilai selanjutnya adalah diskusi dan target, keempat nilai itu berdasarkan empat bagian dalam bentuk pacul pada umum. Sehingga, gerak manusia tak boleh melepaskan doa, kerja, diskusi, dan target.

"Tapi ini harus menyatu, maka masuk di dalam kolom lempeng tadi diberi kayu, itu namanya tanding. Agar supaya di dalam bekerja, kamu harus mendengarkan pendapat orang, harus diskusi. Karena di ujung lempeng ini, yang tajem ini, namanya langkir, artinya landep ing pikir, artinya karena yang mau dipakai dituju sasaran, maka sebelum menuju ke sasaran, menuju ke target, harus dipikirin matang-matang, dan di dalam memikirkan matang-matang kau harus berdiskusi. Doa, diskusi, target, kerja," imbuhnya.

(Redaksi)

Tag berita: