Namun bagi Rahmad, strategi itu tak bisa lantas membuat pelaksanaan tes Covid-19 hanya diperuntukkan bagi orang-orang berstatus suspek.
Pasalnya, lanjut dia, banyak pasien Covid-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG) yang tidak mengetahui bahwa dirinya telah positif terpapar Covid-19 saat ini.
"Ada banyak orang terpapar positif tapi dia sendiri tidak tahu terpapar dari mana, habis komunikasi dengan siapa, dia merasa sudah melakukan protokol kesehatan, tapi dia OTG. Ini berbahaya," kata dia mengingatkan.
Berangkat dari itu, Rahmad pun meminta pemerintah tetap memperluas pelacakan penyebaran Covid-19. Menurut dia, pemerintah bisa berkaca dari langkah pelacakan dan tes pada libur akhir tahun 2020.
Kala itu, menurutnya, banyak ditemukan orang-orang-orang yang merasa sehat akan tetapi dinyatakan positif terpapar Covid-19 usai mengikuti tes secara acak di sejumlah tempat peristirahatan.
"Kalau tes dikembalikan hanya kepada suspek, hanya terbatas orang-orang yang merasa dirinya bertemu banyak pihak yang bisa saja positif, OTG," ucap dia.
"Habis libur tahun baru kemarin banyak orang yang ditemukan sample tracing, orang merasa sehat tapi begitu dites petugas di jalan banyak yang positif," imbuh Rahmad.
Sebelumnya, Budi mengakui selama ini strategi 3T yang dijalankan pemerintah dalam penanganan wabah Covid-19, salah sasaran.