"Ini bukan hanya sebuah momentum ini adalah monumen. Monumen bagi keberhasilan menyelesaikan masalah rakyat masalah banjir yang selama ini menghantui warga Samarinda. Hari ini, masalah tersebut bisa terselesaikan tanpa banyak birokrasi yang berlarut-larut," ungkapnya.
Andi Harun menjelaskan bahwa banjir yang melanda Samarinda menjadi isu serius yang telah berlangsung bertahun-tahun. Dalam beberapa waktu terakhir, pemerintah kota bersama dengan pemerintah Provinsi Kalimantan Timur bekerja keras untuk mencari solusi jangka panjang bagi masalah ini.
Salah satu solusi teknis yang diterapkan adalah pembangunan kolam retensi untuk menanggulangi dampak curah hujan yang tinggi.
"Kolam retensi berfungsi untuk menampung air hujan agar tidak langsung masuk ke saluran drainase dan menyebabkan banjir. Proses ini diatur dengan sistem pompanisasi yang memungkinkan air dikeluarkan secara perlahan setelah hujan reda," jelasnya.
Andi Harun menjelaskan kolam retensi ini bukan hanya dibangun di satu titik, tetapi juga di beberapa lokasi strategis di daerah hulu dan hilir Sungai Pinang, yang diperkirakan akan mampu bertahan selama puluhan tahun.
"Sistem kanalisasi yang biasa kita gunakan tidak lagi bisa diandalkan. Yang kami pilih adalah kolam retensi, yang akan mengatur aliran air dengan lebih baik. Kita akan koordinasi lebih lanjut dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) untuk pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Pinang," ujarnya.
Pembangunan kolam retensi ini melibatkan kerjasama antara berbagai pihak, termasuk Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Kota Samarinda.
Salah satu tantangan yang sempat dihadapi adalah masalah lahan. Namun, menurut Wali Kota Andi Harun, tim berhasil menemukan lahan yang tepat di kawasan Damahuri setelah melakukan komunikasi intens dengan pihak terkait.