Alasan kedua, Qodari meyakini hasil perolehan suara tidak akan jauh berbeda dengan hitung manual berdasarkan dokumen C1-Plano.
"Saya haqqul yakin nanti hasil hitungan manual KPU juga tidak akan berbeda jauh dengan hasil Sirekap atau hitungan elektronik, dalam pilpres sebelumnya juga saya ingat walaupun ada pro kontra terhadap hitung elektronik tetapi pada akhirnya sebetulnya tidak berbeda jauh dengan hitung manual," ujarnya.
"Nah kalau sudah hitung manual bagaimana mau membantahnya, kan semuanya dasarnya adalah data-data tertulis data-data fisik berdasarkan hasil hitungan di C1,” kata imbuh Qodari.
Alasan ketiga, seharusnya Hasto dapat memahami dan mengerti hasil quick count atau hitung cepat dari sejumlah lembaga survei tidak akan jauh berbeda dengan hitungan resmi KPU.
Apalagi angka yang ditampilkan dalam Sirekap maupun penghitungan real KPU tak berbeda jauh dengan Quick Count dari lembaga survei.
Termasuk perolehan suara Ganjar-Mahfud yang hanya mendapat sekitar 16-17 persen di Pilpres 2024.
"Mas Hasto kan Sekjen PDI Perjuangan, partai besar yang notabenenya bisa mengajukan calon di berbagai daerah termasuk daerah-daerah yang besar dan penting sehingga harusnya bisa mengetahui dan memahami bagaimana antara hasil quick count dan hasil akhir itu sebetulnya tidak akan jauh berbeda," kata Qodari.