Brooks merupakan ayah dari seorang anak perempuan yang harusnya merayakan ulang tahun pada Sabtu lalu.
Biro Penyelidikan Georgia (GBI) menyatakan penembakan terhadap Brooks terjadi setelah dia tertidur di jalur antre makanan di restoran cepat saji. Brooks berusaha melarikan diri setelah menolak diperiksa.
Brooks terlihat di video memberikan perlawanan terhadap dua petugas di luar restoran tersebut.
Brooks pun mencoba melarikan diri melintas tempat parkir dan petugas kepolisian menembaknya.
Brooks kemudian kembali kepada dua petugas kepolisian dan menyerahkan sesuatu di tangannya yakni taser, semacam senjata yang tidak mematikan.
“Saat itu, seorang petugas kepolisian menembak Brooks dan dia langsung jatuh,” kata Vic Reynolds, direktur GBI.
Pengacara yang mewakili keluarga Brooks mengungkapkan, petugas kepolisian tidak memiliki hak untuk menggunakan senjata mematikan jika Brooks menggunakan taser.
“Kamu tidak bisa menembak seseorang hingga mereka mengarahkan senjata kepada kamu,” kata pengacara Chris Stewart. Di Georgia, menurut Stewart, taser bukan senjata yang mematikan.
Kantor Jaksa Wilayah Fulton Paul Howard Jr telah meluncurkan penyelidikan menyeluruh kasus tersebut.
“Penyelidikan independen akan segera dilaksanakan setelah temuan GBI,” katanya.
Sementara itu, aksi demonstrasi antirasisme juga masih meluas di AS. Di Washington, sekelompok demonstran berkumpul di dekat Alun-Alun Lafayette di dekat Gedung Putih.
Mereka beraksi dengan damai diiring dengan pertunjukan musik.
Aksi itu juga mendapatkan pengawalan dari aparat kepolisian.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan mendukung penghapusan teknik tekan leher untuk menahan tersangka dalam penangkapan polisi.