Begitu juga untuk produk farmasi, kata Evita, BUMN dan swasta Indonesia bisa menguasai 27% pasar ASEAN. Hal ini tinggal dikembangkan, bahan baku bisa lebih mandiri dan membangun obat atau herbal asli indonesia. Apalagi trend global kian berubah dari kimia ke bio.
“Alkes dan obat kita 90% bahan baku impor, saat pandemi kita sulitnya bukan main. Kita juga impor pangan dan bibit pangan mulai gandum, kedelai, bawang putih dan lainnya. Padahal kedelai Grobogan itu lebih bagus. Ini impor-impor terus. Kita butuh riset dan inovasi. Periset dan inovator harus berjalan bersama dengan industri dan BUMN. Ini momentum Anda semua. ayo kolaborasi,” katanya.
Pada bagian lain, Evita Nursanty juga mendukung seandainya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuat regulasi baru untuk menjadi dasar hukum bagi pengujian produk kesehatan dalam masa darurat.
”Sehingga dia punya dasar, dan ini semata mengejar pemenuhan kebutuhan yang mendesak belum tahap industrialisasi,” katanya.
Evita kembali mengingatkan, karena ini produk kesehatan yang berkait nyawa manusia maka harus sangat hati-hati. Kualitasnya harus juga menjadi bahan pertimbangan. (*)
Artikel ini telah tayang di sindonews.com dengan judul "Evita Dukung Upaya Konsorsium Riset dan Inovasi Produksi Alkes Corona"