POLITIKAL.ID - Setelah Presiden Jokowi mengumpulkan petinggi partai politik di Istana Kepresidenan pada selasa (2/5) lalu, Jusuf Kalla (JK) memberikan komentar agar Presiden Jokowi tidak terlalu ikut campur dalam kontestasi politik jelang pemilu 2024 di akhir periodenya.
JK juga yang merupakan Wakil Presiden RI ke-10 danke-12 merespon langkah Jokowi yang tidak mengundang Ketua Umum NasDem Surya Paloh dalam pertemuan Parpol Koalisi Pemerintah di Istana Merdeka, Selasa (2/5) kemarin.
"Karena ini di Istana membicarakan tentang urusan pembangunan atau apa itu wajar saja. Tapi kalau bicara pembangunan saja mestinya NasDem diundang. Berarti ada pembicaraan politik," ujarnya dalam konferensi pers, Sabtu (6/5) malam.
Jusuf Kalla lantas meminta Jokowi meniru langkah presiden sebelumnya seperti Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono yang dinilai dapat menjauhkan diri dari politik pada saat akhir jabatannya.
"Presiden seharusnya seperti ibu Mega, SBY, ketika itu akan berakhir maka tidak terlalu jauh melibatkan diri, suka atau tidak suka dalam perpolitikan. Supaya lebih demokratis," tegasnya.
Hal ini menjadi buah bibir setelah Selasa lalu (2/5), Jokowi baru saja mengumpulkan petinggi partai politik di Istana Kepresidenan, Jakarta. PPP menyebut pertemuan itu membahas pencapresan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.
Pada kesempatan berbeda, Jokowi menepis kritik yang menyebut dirinya telah ikut campur atau cawe-cawe urusan koalisi partai politik pada Pilpres 2024.
Jokowi mengatakan pertemuan dengan sejumlah pemimpin partai politik sebatas diskusi, termasuk saat mengumpulkan pejabat teras partai politik di Istana beberapa hari lalu.
"Bukan cawe-cawe, wong itu diskusi saja kok cawe-cawe, diskusi," kata Jokowi di Sarinah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/5).
Jokowi menegaskan statusnya bukan hanya kepala negara, melainkan juga pejabat politik, oleh karena itu dia merasa wajar jika berdiskusi dengan partai-partai politik.
"Tolonglah mengerti bahwa kita ini juga politisi, tapi juga pejabat publik," ujarnya.
(Redaksi)