Barrett berpotensi mempertimbangkan sengketa pemilihan yang melibatkan Trump, meskipun tidak jelas apakah dia akan melepaskan dirinya dari kasus itu karena Trump menunjuknya ke MA.
Dalam dengar pendapat konfirmasi di depan Komite Kehakiman Senat dua minggu lalu dia menolak untuk mengatakan apakah dia akan menghindari perselisihan tentang batas waktu yang diperpanjang bagi pemilih untuk mengembalikan surat suara dan isu-isu lain yang dipertentangkan oleh Partai Republik dan Partai Demokrat.
Dengan kemenangan Barret, maka itu menciptakan pertarungan politik yang brutal dan berisiko tinggi, yang terjadi pada saat AS sudah penuh dengan perselisihan partisan dan tekanan psikologis.
“Sela pada posisi hakim agung menjadi kartu buas pada pertarungan,” kata Jim Manley, mantan penasehat Senator Harry Reid yang pernah menjadi pemimpin Partai Demokrat di Senat, dilansir dari Reuters.
Dengan Trump berhasil menunjuk hakim agung dari kalangan konservatif, maka itu akan memicu perpecahan dan polarisasi AS kurang beberapa hari sebelum pemilu.
“Itu akan menjadi pertarungan besar. Itu akan berdampak serius terhadap pemilu,” kata David Gergen, penasehat politik yang pernah menjabat pada empat presiden AS, baik Republik dan Demokrat.
Selama Trump berkuasa, dia sudah menunjuk dua hakim konservatif yakni Neil Gorsuch pada 2017 dan Brett Kavanaugh pada 2018.
Pengadilan tertinggi di AS sering kali menjadi institusi yang memberi keputusan akhir tentang undang-undang yang sangat kontroversial, perselisihan antara negara bagian dan pemerintah federal, dan banding terakhir untuk menghentikan eksekusi.
Dalam beberapa tahun terakhir, pengadilan telah memperluas pernikahan homoseksual ke semua 50 negara bagian, mengizinkan larangan perjalanan Presiden Trump diberlakukan dan menunda rencana AS untuk mengurangi emisi karbon sementara banding diajukan. (*)
Artikel ini telah tayang di sindonews.com dengan judul "Trump Kantongi Kemenangan Awal Jelang Pemilu Presiden"