"Kemudian pulang, membantu presiden terus dia menjadi presiden juga akhirnya," kata Mahfud.

Mahfud mengatakan sampai saat ini masih ada 136 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi eksil di luar negeri karena menjadi korban pelanggaran HAM berat masa lalu.

Baginya, para eksil ini tak terlibat dalam peristiwa 1965 lantaran tengah berada di luar negeri. Mereka terpaksa tinggal di negara lain karena larangan untuk kembali bagi mahasiswa yang berkuliah di Eropa Timur.

"Ini orang yang ada di luar negeri ini, dulu tidak terlibat, tetapi terkena kebijakan, tidak boleh pulang. Karena terjadi peristiwa G30S/PKI beberapa mahasiswa yang sedang belajar di Eropa itu dilarang pulang dulu sebagai kebijakan," kata Mahfud.

Mahfud menegaskan para eksil korban pelanggaran HAM masa lalu yang berada di luar negeri tak cap oleh pemerintah saat ini sebagai PKI.

"Karena apa? Karena diasumsikan wah ini waktu itu disekolahkan oleh zaman Orde Lama, lalu dikaitkan dengan PKI. Padahal mereka tugas belajar dan pintar-pintar, ada yang jadi profesor," pungkasnya.

(Redaksi)