Bisa jadi Pence benar, atau mungkin perkataannya memiliki nilai politik dan bobot substantif dari "rencana rahasia" Richard Nixon untuk mengakhiri Perang Vietnam selama kampanye 1968.
Kampanye kepresidenan itu telah menjadi obsesi bagi Trump dan Pence tahun ini. Meskipun Nixon bukan petahana pada saat itu, mereka telah meminjam banyak darinya dan dari kandidat pihak ketiga, George Wallace, dalam mengobarkan perpecahan rasial dan budaya sambil menjadikan diri mereka sebagai pendukung "hukum dan ketertiban".
"Presiden Trump dan saya akan selalu mendukung hak orang Amerika untuk melakukan protes damai," kata Pence, kurang dari dua bulan setelah pasukan federal dengan kasar mengusir pengunjuk rasa damai dari luar Gedung Putih saat Trump berbicara di Rose Garden.
"Tapi kerusuhan dan penjarahan bukanlah protes damai. Meruntuhkan patung bukanlah kebebasan berbicara, dan mereka yang melakukannya akan dituntut sepenuhnya sesuai hukum."
Beberapa baris kemudian, setelah mengutuk Biden karena berbicara tentang bias rasial implisit, Pence tampaknya memisahkan "orang Amerika" dari "tetangga Afrika-Amerika-nya".
"Rakyat Amerika tahu kami tidak harus memilih antara mendukung penegakan hukum dan berdiri bersama tetangga Afrika-Amerika kami untuk meningkatkan kualitas hidup, pendidikan, pekerjaan dan keselamatan mereka," ungkap Pence, seperti dikutip NBC News, Jumat (28/8/2020). (*)
Artikel ini telah tayang di sindonews.com dengan judul "Serang Biden, Pence Sebar Ketakutan dalam Kampanye Pilpres AS" https://international.sindonews.com/read/146528/42/serang-biden-pence-sebar-ketakutan-dalam-kampanye-pilpres-as-1598562537/10