Minggu, 5 Mei 2024

Masuk RUU HIP, Ini Kutipan Pidato Soekarno Tentang Trisila dan Ekasila

Rabu, 17 Juni 2020 3:7

Soekarno/ liputan6.com

Pandawa pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima pula bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa saya, namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi. (peserta rapat tepuk tangan riuh).

Atau, barangkali ada saudara-saudara yang tidak suka akan bilangan lima itu? Saya boleh peras, sehingga tinggal 3 saja. Saudara-saudara tanya kepada saya, apakah "perasan" yang tiga itu?

Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan dia, ialah dasar-dasarnya Indonesia Merdeka, Weltanschauung kita. Dua dasar yang pertama, kebangsaan internasionalisme, kebangsaan dan perikemanusiaan, saya peras menjadi satu: itulah yang dahulu saya namakan socio-nationalism.

Dan demokrasi yang bukan demokrasi Barat, tetapi politiek-economische democratie, yaitu politieke demokrasi dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi dengan kesejahteraan. Saya peraskan pula menjadi satu: inilah yang dulu saya namakan socio-democratie. Tinggal lagi ketuhanan yang menghormati satu sama lain.

Jadi yang asalnya lima itu telah menjadi tiga, socio-nationalism, socio-democratie, dan ketuhanan. Kalau Tuan senang kepada simbolik tiga, ambillah yang tiga ini. Tetapi Barang kali tidak semua Tuan-tuan senang kepada Trisila ini , dan minta satu-satu dasar saja? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi menjadi satu. Apakah yang satu itu?

Sebagai tadi telah saya katakan: kita mendirikan Negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitisemiko yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, semua buat semua!

Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan "gotong-royong". Negara Indonesia yang kita dirikan Negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong ! (Peserta rapat tepuk tangan riuh-rendah )

"Gotong Royong" adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari "kekeluargaan ", saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu faham yang statis, tetapi gotong -royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo satu karya, satu gawe.

Marilah kita menyelesaikan karya-gawe‚ pekerjaan‚ amal ini‚ bersama-sama! Gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama‚ pemerasan keringat bersama‚ perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua‚ keringat semua buat kebahagiaan semua∙ Ho‐lopis kuntul‐baris buat kepentingan bersama! Itulah gotong‐royong! (Tepuk tangan riuh-rendah ).

Prinsip gotong royong di antara yang kaya dan yang tidak kaya‚ antara yang Islam dan yang Kristen‚ antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia∙ Inilah‚ saudara ‐saudara‚ yang saya usulkan kepada saudara-saudara.

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait