POLITIKAL.ID - Masuknya Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kedalam Kabinet Jokowi tidak akan membuat berhenti beredarnya Buku karangan mantan Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dengan judul "Pilpres 2024, Cawe-cawe Presiden Joko Widodo".
Hal itu ditegaskan oleh Juru Bicara Partai Demkorat Herzaky Mahendra Putra yang menurutnya buku tersebut merupakan bentuk refleksi sebagaiman demokrasi Indonesia agar tetap berkualitas.
"Pertama buku yang ditulis oleh Pak SBY itu kan merupakan bentuk refleksi dan juga rewarning sistem bagaimana agar demokrasi kita tetap bisa terjaga kualitasnya," kata Herzaky kepada Tempo pada Kamis, 22 Febuari 2024.
Herzaky mengatakan, buku merah itu menjadi bentuk refleksi internal Demokrat untuk menjaga kualitas demokrasi yang sudah lama dituliskan SBY, tepat saat Partai Demokrat berada di luar pemerintahan Jokowi.
Herzakypun menegaskan Demkorat akan selalu menjadi partai kritis sehingga tidak ada hubungannya dengan masuknya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ke kabinet kerja Jokowi.
"Kalau misalnya kita bicara mengenai hari ini dengan masuknya AHY dalam pemerintahan itu tidak berarti kemudian kita ke-kritisan itu berubah. Karena bagaimanapun kan kita konteksnya mengkritisi dan mengawal pemerintahan ini agar melakukan yang terbaik," kata dia.
"Bagaimana kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan pelaksanaannya di lapangan itu benar-benar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat bagi bangsa dan bagi negara," lanjut Herzaky.
Herzaky mengatakan, apa yang dilakukan AHY tidak menjadikan konteks buku milik 'Sang Bapak' menjadi kontradiktif. Sebab kata Herzaky, dengan bergabungnya AHY ke Kabinet Indonesia Maju merupakan amanah sekaligus peluang pembenahan pemerintah dari dalam yang sebelumnya hanya bisa mengkritisi.
"Hal ini apakah kemudian menjadi kontradiktif, tidak dong, dengan masuknya kita ke dalam (kabinet) hari ini, kita bisa memperbaiki dari dalam apa yang menjadi inspirasi, apa yang menjadi harapan publik, apa yang kita rasa kurang, apa yang harusnya bisa kita benahi ya," kata Herzaky.
Kata Herzaky, di waktu yang bersamaan dengan dilantiknya AHY sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), timbul narasi yang seolah-olah menjadi kontradiktif dengan buku milik SBY.
Ia mengatakan, narasi itu juga dibentuk oleh framing-framing yang tidak tepat untuk membentuk isu melemahkan kritik Demokrat terhadap pemerintahan.
"Padahal, hari ini kalau ada masukan yang kami sampaikan langsung, kan kami saat ini duduknya dekat ini. Nah itulah yang membedakan, kritik tetap, tetapi bukan berarti kritis terus ditampilkan di luar, kita bisa membedakan posisi pada saat kita punya tugas dan tanggung jawab di dalam kabinet, lalu kita mengkritisi apa yang terjadi di dalam kabinet, ini kan menjadi pertanyaan besar," kata dia.
"Secara organisasi pun bukan manajemen pemerintahan yang baik kalau misalnya ada anggota kami yang melakukan itu pada saat menjadi anggota kabinet. Dalam bentuk kritik atau masukannya yaitu dilakukan secara langsung di dalam rapat, yang dilakukan secara terbatas dan tertutup agar bisa dilakukan koreksi-koreksi nantinya dalam kebijakan ke masyarakat," tutupnya.
(Redaksi)