Jumat, 20 September 2024

Ketua Komisi IV DPRD Samarinda Imbau Pelaku Usaha Kuliner Tidak Menyertakan Nama Ganja di Produknya

Jumat, 24 Juni 2022 22:14

IST

POLITIKAL.ID, SAMARINDA – UMKM di sektor Kuliner Kota Samarinda cenderung berkembang. Untuk menarik perhatian calon pelanggan, pelaku usaha tak segan mengenalkan produknya dengan sesuatu hal yang kontroversial. Semisal Ayam Ganja. Diluar pro kontra Ganja sebagai jenis tumbuhan terlarang golongan 1, faktanya nama Ganja disebut – sebut dalam setiap nama produk untuk membuat masyarakat penasaran dan mencoba. Walhasil ternyata nama Ganja yang disematkan dibelakang hanyalah strategi memikat calon konsumen. Menanggapi hal tersebut, Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda Sri Puji Astuti sangat menyayangkan hal tersebut. Menurutnya, sangat tidak elok jika nama “ganja” di bumikan melalui menu kuliner ditengah kondisi pemerintah memerangi penyalahgunaan narkoba. “Sebenarnya sudah saya sampaikan ke Pemkot Samarinda dan mereka (pemkot, red) katanya sudah memberikan teguran. Tapi nyatanya masih ada,” ungkapnya. Menurut Politisi Partai Demokrat itu, upaya pemkot bersama dengan pihak penegak hukum telah dilakukan untuk menghindari penamaan menu kuliner semacam itu. Namun yang terjadi adalah semakin banyak rumah makan yang ikut menampilkan nama “ganja” pada menu kulinernya. “Saya dengar sudah ada upaya dari pemkot untuk melarang dengan menghilangkan kata ganja pada menu kuliner. Kami sudah berusaha keras dalam upaya pencegahan, ternyata ada semacam melegalkan merek, seakan ganja itu dibolehkan,” imbuhnya. “Kita ini sedang darurat narkoba. Samarinda sudah punya Perda P4GN, harusnya pemerintah kota lebih memaksimalkan lagi, bukan malah membiarkan. Makanya nanti saya akan berkomunikasi dengan pihak terkait untuk melakukan penertiban,” sambungnya. Sementara itu, Aktivis Brand Lokal & Founder Brand Adventure Indonesia Arto Biantoro menyatakan setiap pelaku usaha, utamanya UMKM harus memiliki brand alias merek sendiri untuk menjaga keberlanjutannya. Dia menyebut, brand bisa menaikkan nilai jual dan bisa berpengaruh pada pengembangan bisnis ke depan. "Kalau kita punya brand atau merek, kemungkinan bisa membuat usaha kita sedikit demi sedikit berkembang. Melangkah maju kecil-kecil hingga lebih banyak dikenali banyak orang," ucap Arto dilansir dari kompas.com. Brand menurutnya bisa meningkatkan kemampuan untuk mempertahankan bisnis menjadi lebih lama, karena pasar sudah mengenalinya. Banyak orang mengembangkan bisnis beranggapan brand bisa dibuat di depan ketika usaha bisnis yang dijalani sudah berkembang pesat. Padahal, cara tersebut adalah hal yang justru bisa membuat pengembangan usahanya sia-sia. "Karena ketika usaha sudah besar berkembang dan dikenal banyak orang, ketika mengajukan brand ke lembaga, ternyata di tolak. Maka efeknya mau enggak mau kita harus mengubah brand kita, padahal di telinga konsumen kita, brand sebelumnya sudah cukup terkenal," ungkapnya. Untuk itu, dia menyarankan pengusaha yang ingin bisnisnya berkembang pesat, terlebih dahulu harus fokus pada pengembangan brand sembari menjalankan usaha. Kalaupun modal yang dimiliki masih belum cukup atau pas-pasan, bisa dilakukan secara pararel. "Jadi jangan asal berjualan saja, karena kalau kita enggak punya brand, usaha kita itu tidak bisa dikenal banyak orang," ucapnya. Dia juga menyarankan dalam mengembangkan usaha bisnis dan ketika berencana membuat brand, jangan melakukannya dalam kapasitas yang tidak dikuasai. Artinya, kalau modal hanya cukup untuk fokus di 1 kota saja, maka maksimalkan di kota tersebut. (**/Adv)
Tag berita:
Berita terkait