“Mekanismenya menyerupai pemungutan suara nyata di lapangan. Namun, karena ini simulasi, ada beberapa modifikasi, seperti penggunaan nama pasangan calon yang diganti dengan nama makanan atau buah untuk menghindari persepsi yang keliru,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa alur simulasi tetap mengikuti proses standar mulai dari kedatangan pemilih, pemberian suara, hingga penghitungan oleh petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
Simulasi ini juga menekankan pentingnya aksesibilitas bagi pemilih disabilitas. TPS kami pastikan ramah disabilitas dengan menyediakan fasilitas khusus, seperti bilik suara yang mudah diakses dan alat bantu tunanetra.
“Pemilih disabilitas juga dapat didampingi oleh orang yang dipercaya setelah menandatangani surat pernyataan pendampingan,” pungkasnya.
(ADV/KPU Kaltim)