POLITIKAL.ID - Berita Nasional yang dikutip POLITIKAL.ID tentang RI-AS tingkatkan kerja sama di bidang ekonomi dan pertahanan.
Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi dan pertahanan di masa mendatang.
Tak hanya itu, Indonesia juga ingin agar AS bersama negara-negara di Asia Tenggara lainnya mewujudkan stabilitas kawasan.
Hal itu terungkap saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo di Istana, Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Selain bertemu Presiden, selama berada di Indonesia Pompeo juga menghadiri sejumlah pertemuan antara lain dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan berbicara di depan forum yang digelar Gerakan Pemuda (GP) Ansor.
“Presiden menekankan bahwa Indonesia ingin melihat kerja sama ekonomi kedua negara meningkat di masa yang akan datang. Termasuk tentunya harapan terhadap perpanjangan fasilitas sistem tarif perdagangan kepada Indonesia,” ujar Menlu Indonesia Retno Marsudi seusai mendampingi Presiden Jokowi bertemu Menlu AS Mike Pompeo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Pada kesempatan tersebut, ujar Retno, Presiden Jokowi juga menginginkan agar kerja sama pertahanan dengan AS ditingkatkan.
Presiden ingin agar AS memahami negara-negara berkembang dan negara-negara muslim, termasuk di Asia Tenggara.
Tidak ada penyambutan khusus saat Presiden menerima kedatangan Pompeo di Istana Bogor, kemarin.
Saat itu, turut menampingi Pompeo di antaranya Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Yong Kim.
Jokowi pun menyatakan sangat senang bisa bertemu kembali dengan Pompeo.
Setelah saling menyapa, Jokowi dan tamunya langsung menuju veranda Istana Bogor sambil berbincang.
Menurut Presiden Jokowi, kunjungan pejabat antara kedua negara di masa pandemi ini termasuk paling intensif.
“Kunjungan Anda di tengah pandemi ini menunjukkan arti penting kemitraan strategis antara Indonesia dan AS. Dan selama pandemi ini saling kunjung antara pejabat kita cukup intensif. Bahkan dapat saya sampaikan paling intensif,” ungkapnya.
Jokowi juga mengungkapkan bahwa AS dan Indonesia selama ini bermitra dengan baik.
“Indonesia menginginkan Amerika sebagai true friend (teman sejati) Indonesia. Tetapi hal ini tidak bisa terjadi begitu saja karena perlu usaha untuk mewujudkannya,” katanya.
Retno Marsudi yang turut dalam pertemuan tersebut mengungkapkan, AS berkomitmen kuat melanjutkan kemitraan komprehensif strategis dengan Indonesia.
Di bidang ekonomi, kata dia, Negeri Paman Sam akan mendorong lebih banyak pengusaha Amerika untuk melakukan hubungan ekonomi dengan Indonesia.
“Juga kerja sama di bidang pertahanan. Oleh karena itu Pompeo juga mengatakan bahwa tidak ingin hanya menjalin hubungan baik pada tingkat pemerintah, tetapi juga menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan kalangan akar rumput dan semua pemangku kepentingan di Indonesia,” ucapnya.
Retno menambahkan, Indonesia dinilai oleh AS memiliki peran khusus di kawasan Asia Tenggara.
Peran inilah yang membuat AS bekerja sama dengan lebih baik lagi.
Pada kunjungan tersebut, Pompeo menyampaikan penghargaan terhadap peran Indonesia untuk isu Afganistan.
Seperti diketahui Indonesia bersama AS dan negara-negara lain bekerja sama untuk mewujudkan perdamaian di Afghanistan.
Sementara, peneliti pada International Institute for Strategic Studies Aaron Connelly mengungkapkan, upaya pemerintahan AS untuk menyakinkan negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Vietnam, tidak akan berdampak besar.
"Pompeo fokus pada kompetisi dengan China dan pendekatan tersebut tidak diterima baik di kawasan ini," kata Connellydilansir The Sydney Morning Herald.
Menurutnya, salah satu alasan utama negara-negara di Asia Tenggara melihat AS sedang mencoba mendelegitimasi kekuatan China.
AS, kata dia, juga selalu dikaitkan dengan demokrasi dan hak asasi manusia (HAM), namun negara-negara Asia memandang hal itu sebagai isu politik domestik.
Dia berpendapat, China justru menjadi salah satu kunci mitra perdagangan bagi Indonesia.
Investasi China di Indonesia juga relatif besar.
Apalagi, Melu RI Retno Marsudi pernah mengatakan, Indonesia tidak ingin terjebak dalam rivalitas AS-China.
Adapun pengamat politik Idil Akbar mengatakan, kunjungan Pompeo membawa sejumlah agenda AS dan Asia-Pasifik.
Apalagi waktu kunjungan ini dilakukan menjelang pemilihan Presiden Amerika Serikat, tensi geopolitik di AS-China sedang memanas, disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja dan tidak lama pascakunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto ke AS.
“Saya melihat ada kaitannya dengan kunjungan Prabowo ke AS. Paling tidak ada pengaruh menhan datang ke AS, ada pembicaraan penting tentang alutsista dan kerja sama militer,” ujarnya.
Akademisi Universitas Padjadjaran itu meyakini, Indonesia akan tetap berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif.
Tak bisa dimungkiri bahwa AS, China, dan negara-negara Eropa memiliki kepentingan di Indonesia, seperti sumber daya alam, investasi, dan pasar bagi produk mereka.
Kebebasan Beragama
Saat menghadiri pertemuan dengan GP Ansor Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, kemarin, Menlu AS Mike Pompeo menyoroti pentingnya kebebasan beragama karena hal itu dijamin oleh konstitusi.
Pompeo juga menyebutkan, Indonesia bisa menjadi negra maju, dan Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia, tidak alasan untuk tidak bisa berdampingan dengan agama lain.
Dalam forum bertajuk "Nurturing The Shared Civilization Aspirations of Islam Rahmatan Lil Alamin The Republic of Indonesia and The United Stated of America itu, Pompeo mengatakan bahwa hidup harmoni secara bersama dan saling menghormati adalah hal yang sangat penting.
Dia bahkan menyebut bahwa motto "Bhineka Tunggal Ika" sama dengan motto yang dimiliki AS.
Dia juga menyebutkan bahwa UUD 1945 telah menyatakan bahwa semua orang bebas melaksanakan dan memilih agama yang dianutnya.
Dalam kesempatan itu, Pompeo juga memuji peran organisasi NU yang bisa memainkan peran penting untuk membina harmoni sebagai masyarakat yang bebas.
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, GP Ansor ingin agar citra soal Islam, terutama di dunia Barat tidak melulu citra yang identik dengan kekerasan dan teror.
"Ada sisi Islam yang lain, Islam yang penuh rahmah, Islam yang penuh kasih sayang yang di sini kita kenal dengan Islam rahmatan lil alamin," tuturnya.
Yaqut menjelaskan, forum pertemuan yang dihadiri Pompeo, dimaksudkan untuk lebih pada menyamakan cara pandang antara Indonesia dan AS terhadap dunia Islam. (*)
Artikel ini telah tayang di sindonews.com dengan judul "Sepakat Tingkatkan Kerja Sama, RI-AS Kian Mesra"