Namun, secara global hari ini, demokrasi dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang sebenarnya tidak mempunyai orientasi dan tujuan yang demokrasi.
Di beberapa negara malah dimanfaatkan oleh kaum populis.
Partai-partai populis di Eropa ini semakin mendapatkan dukungan yang besar.
Hurriyah menerangkan beberapa elite politik menggunakan jargon populis padahal dia bukan populis, seperti Donald Trump dan Jair Bolsonaro.
Selain itu, demokrasi kadang “dibajak” oleh oligarki.
“Akhirnya sistemnya demokrasi, tetapi secara nilai dan substansi jauh dari nilai-nilai demokrasi. Dalam konteks Indonesia, sejak 2004, kita punya presiden yang terpilih secara demokratis. Akan tetapi, ketika memerintah justru tidak demokratis. Ini jadi persoalan juga,” katanya.
Alasan kedua, milenial kecewa berkaitan dengan tantangan dan persoalan khas yang dihadapi.
Para milenial ini sangat konsen dengan isu ekonomi, seperti pekerjaan dan kebutuhan hidup.